Bukan tak sadar kalau timbunan lemak sudah makin mirip tas pinggang. Bukan tak sedih melihat baju kesayangan satu persatu masuk karung. Tapi penambahan berat badan itu sungguh tak bisa dihindari.
Padahal perasaan makan ya gitu -gitu aja. Enggak pernah tuh sampai ngehabisin nasi sebakul kadang sepiringpun berdua sama anak, tapi tetap saja jadi lemak.
Memang sih gorengan masih jadi cemilan andalan, yang manis-manis susah ditinggalkan tapi ya perasaan masih batas aman.
Sayangnya tiap naik timbangan jarumnya tak mau bergerak ke kiri, hobinya ke kanan terus. Kadang malah jadi malas nimbang badan.
Usia kan makin lama makin matang. Ibarat onderdil lama-lama bisa jadi makin aus. Kita tahu kan, rata-rata kalau usia makin senja maka penyakit banyak menyapa.
Nah Ramadan sebenarnya momentum tepat untuk memulai Diet. Banyak yang berharap , termasuk saya untuk mendapatkan pahala ibadah dengan bonus penurunan berat badan.
Namun sayangnya, penurunan berat badan yang terjadi saat Ramadan biasanya tak bertahan lama alias sulit diterapkan untuk jangka panjang. Ya maklum puasanya kan 1 bulan, terus sisanya yang 11 bulan gimana?
Nah karena itulah selagi ada momentumnya ada, maka niat mengurangi berat badannya dibetulkan dengan cara memperbaiki pola makan, bukan cuma mengurangi makan karena kewajiban.
Kita atur kurangi makan  sekalian kebiasaan ngemil ga jelas. Mumpung situasi memungkinkan. Di hari biasa kan sulit banget buat kita menahan makan. Kita dah mati-matian menjaga, kadang orang sekitar makan besar, ya tergoda jadinya.
Sementara di bulan Ramadan ini ,semua orang merasakana hal yang sama. Lapar, haus di saat siang. Yang makanpun menahan diri untuk menghormati kita yang berpuasa. Banyaknya teman seperjuangan membuat lapar bukan masalah besar. Jadi memulai diet saat Ramadan , bisa banget!