Iri deh lihat rekan sesama emak-emak pamer bikin kue lebaran. Sudahlah banyak ragam dan jenis, enak-enak pula sepertinya.
Entah mereka bertapa di dunia mana kok bisa dengan mudahnya menyulap terigu, telur dan lainnya menjadi kue yang sepertinya takkan cukup 1 saja untuk dikunyah lidah.
Bikin kue tuh susyaaaah  pake buangettttt! Kata siapa? Ya kata saya lah barusan!
Kalau masak biasamah gampang, kurang asin tinggal tambah garam, kurang manis tinggal celupkan jari sendiri eh salah, tambah gula pokoknya bumbu ada yang kurang ya tinggal di akali.
Sementara kalau bikin kue? Beuh salah takaran salah adonan. Salah adonan, salah rasa . Salah rasa  maka kue lebaran takkan jelas bentuk dan rupa.
Maksud kue kastangel jadinya "angel". Kepengen bikin kue nastar, jadinya mirip mistar. Jangankan orang lain yang mencicipi, lah saya yang bikin juga terkadang ingin melempar kue hasil buatan karena tak bisa digigit. Rasanya buat melempar kecoak yang ga sopan lewat, pas lah.
Terkadang saya menyerah. Sering kali saya mengurungkan niat untuk membuat kue. Cape iya, tapi puas enggak . Apalagi kalau suami  berkomentar yang enggak-enggak katanya saya diindikasikan sengaja hendak meracuni, karena belim juga dibelikan baju lebaran,haduh hancur hati ini.
Anak-anak yang paling enggak bisa bohong. Biarpun diiming-imingi duit gopean biar mereka mau mengabiskan kue emaknya, namun mereka menolak  uang dan memilih membuk kaleng kongguan meskipun isinya rengginang.
Ramadan ini harus lebih baik. Â Saya harus berhasil mempersembahkan kue lebaran untuk memanjakan lidah penghuni rumah dan juga tanu meskipun tetangga sebelah.
Apa yang akan saya lakukan untuk meningkatkan skill dalam membuat kue?
Pertama, membeli buku resep kue di toko buku terdekat , atau menyimpan artikel-artikel tentang resep kue lebaran. Â Pilihlah kue yang memang jadi kesukaan saya sebagai pembuat, dan mereka para penghuni rumah. Tak perlu banyak-banyak, cukup 2 ,atau 3 kue saja asalkan berhasil enak.