Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Suami dan Istri Berbeda Sudut Pandang tentang Permainan Ranjang

13 Juni 2020   14:54 Diperbarui: 14 Juni 2020   15:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal pernikahan, bercinta itu pastilah kebutuhan. Maklum dua-duanya pengalaman pertama. Sesuatu yang rasanya luar biasa dan kemudian bisa jadi memabukkan.

Namun seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan sudut pandang bagi istri juga untuk suami.

Ketika hamil, tentu istri mengalami banyak hambatan. Repot dengan mual muntah. Berjibaku dengan lemas itu masalah di awal kehamilan. Semakin besar kehamilan, semakin sulit bercinta. Namun bukan berarti keinginan itu tak ada ya.

Begitu anak lahir, beda lagi yang dirasakan istri tentang bercinta. Horornya bayangan sakit saat mengeluarkan anak untuk yang melahirkan normal pun yang melahirkan SC membuat istri takut bercinta. 

Belum 40 hari suami dah colek-colek lagi itu bikin keringat dingin. Luka jahitan masih terasa cenat cenutnya.

Ada bayi masalah muncul kembali. Di bulan awal istri berjuang untuk mengeluarkan ASI. Pola tidur bayi yang tak mengindahkan permintaan Bang Rhoma Irama untuk tidak begadang membuat dia siang pulas,malam buas. Meskipun mata istri sudah 5 watt, namun terpaksa mengikuti keinginan bayi.

Bulan berikutnya masalah selesai? Belumlah!. Yang namanya bayi kan belum bisa apa-apa selain nangis. Bawaanya pengen nempel terus minta ASI.

Dalam pelukan Ibu dia pulas,begitu diturunkan kasur sebentar saja dia sudah menangis lagi. Istri mengalami kelelahan.

Mata genit suami minta dilayani membuat istri ingin pergi. Rasanya sudah tak ada tenaga untuk bercinta. Jika pertarungan baru saja dimulai dan bayi menangis, maka istri merasa terselamatkan karena suami pasti rela mengundurkan diri demi anak.

Semakin bertambah usia anak semakin kerepotan bertambah. Energi ekstra keluar untuk menjaga, belum lagi mengerjakan pekerjaan rumah yang tak pernah selesai, saat malam tiba sebenarnya istri sudah kelelahan akut pengennya ambil selimut.

Jadi yang saya rasakan sebagai istri masa bulan madu alias menyenangkannya bercinta hanya di awal menikah. Setelah hamil dan memiliki anak, urusan memuaskan suami hanya sebatas kewajiban saja karena takut kena dosa. Membiarkan dia bermain sendiri itu sering terjadi. Asalkan suami mencapai puncak saya pun lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun