Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerita Untuk Anak] 1 Kucing untuk 2 Teman

16 Januari 2020   22:24 Diperbarui: 19 Januari 2020   03:40 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Irma Tri Handayani

Miyu berjalan tergesah-gesah. Sore ini hujan baru saja berhenti. Khawatir hujan turun lagi, maka ia berharap tiba di rumah sebelum air kembali ditumpahkan langit.

Untunglah Miyu tak lupa membawa jas hujan seperti pesan Mamanya. Musim penghujan membuat waktu hujan tak bisa ditebak. 

Saat sedang membetulkan tudung jas hujannya yang sedikit melorot, tiba-tiba Miyu mendengar suara anak kucing mengeong.

Karena tak jelas dari mana Miyupun mengedarkan pandangan ke sekitar. Suara yang masih terdengar samar membuatnya melangkah perlahan untuk memastikan.

Setelah beberapa langkah akhirnya suara kucing itu semakin jelas di dekat selokan yang ada di sebelah kanan jalan.

Miyupun  terus mendekat. Matanya terbelalak melihat sesosok anak kucing yang sedang berusaha naik dari selokan. Secepat kilat tangannya meraih tubuh kucing kecil itu. Tak lama kucing itu sudah berada dalam pelukannya.

Dia mengusap lembut bulu-bulunya yang basah. Sepertinya kucing kecil ini tadi sempat kehujanan. Tubuhnya terlihat menggigil. Sesekali mulutnya kembali mengeong. Bisa jadi kucing kecil ini kedinginan.

Miyupun segera melangkah pulang. Tak tega rasanya melihat kondisi kucing kecil itu. Miyu bahkan memilih berlari agar bisa secepat mungkin tiba di rumah.

Begitu tiba di rumah,Miyu segera masuk.

"Mama..ma!" Teriaknya memanggil Mamanya.

"Eh, anak Mama sudah pulang, kok enggak terdengar ucapan salam ya?"Mamanya muncul dari dapur.

"Eh ,iya lupa Assamu'alaikum!" Miyu segera mengucap salam. Sambil tetap menggendong kucing kecil ia berusaha mencium tangan Mamanya.

"Waalaikum salam,duh repot amat ya,memangnya kamu lagi pegang apa sih?" Tanya Mamanya penasaran

"Ini Ma, Miyu nemu kucing ini diselokan,kasihan Ma ,kayaknya habis kehujanan!"

"Oalah,iya kasihan sekali ini kucing,ayo kita keringkan dulu badannya dengan handuk" ajak Mamanya.

Mamanya segera mencari handuk kecil ,tak lama bulu-bulu kecil berwarna kuning itu diusap-usap pelan berkali-kali. Kucing itu menggeliat geli.

Selesai mengeringkan badannya Mamanya menyiapkan kardus kecil yang diberi alas kain empuk,kucingpun disimpan di situ.

Foto : Santi
Foto : Santi
"Ma,kok kucingnya masih ngeong-ngeong terus? Tanyanya.

"Sepertinya dia lapar ,sayang," ujar Mamanya sambil mengelus kucing kecil itu. Kucing kecil itu menggeliat manja.

Mamanya membuatkan susu hangat . Karena kucing kecil itu belum bisa minum sendiri, Mamanya menyuapi kucing kecil itu dengan pipet. Setelah kelihatan kenyang, tak lama kucing kecil itupun tidur. Miyu dan Mamanya lega bisa membuat kucing kecil beristirahat.

Foto: Santi
Foto: Santi

Semenjak hari itu, kucing kecil yang Miyu beri nama Kumu (singkatan dari Kucing Nemu) dipelihara olehnya. Kumu bukan cuma sebagai peliharaan , namun Kumu juga jadi teman barunya.

Nyaris setiap saat Miyu bermain dengan Kumu. Bahkan tidur Kumu saat malampun kini di kasur bersamanya.

Setiap pagi Kumu akan membangunkannya dengan cara menggigit-gigit manja jari kakinya. Geli pada akhirnya membuatnya bangun.

Setiap akan pergi sekolah, Kumu akan mengantarkannya sampai depan pintu . Begitu juga saat pulang sekolah, Kumu seperti sudah hapal jam berapa waktunya pulang. Karena setiap kali pulang sekolah, Kumu sudah berada di depan pintu rumah untuk menyambutnya.

Meskipun baru satu bulan ,tapi kedekatannya  dengan Kumu sudah luar biasa.

Namun pada suatu hari,saat pulang sekolah, Miyu tak menemukan Kumu seperti biasanya. Ketiadaan Kumu membuatnya memanggil- manggil Kumu karena penasaran.

"Kumu! Kumuu!" Panggilnyasambil memburu masuk.

Miyu tak menemukan Kumu di dapur. Miyupun berlari ke kamar berharap Kumu sedang tertidur di sana. Namun ternyata nihil.

Saat keluar kamar, Miyu berpapasan dengan Mamanya.

"Ma ,Kumu mana Ma?"tanyanya sambil celingukan.

"Sini dulu sayang,Mama mau bilang sesuatu."
Miyu mengikuti Mamanya yang terduduk di pinggir kasur.

"Sayang, Kumu diambil pemiliknya!"

"Pemiliknya?"

"Waktu Miyu membawa Kumu,Miyu tahu enggak siapa pemilik Kumu?" Tanya Mamanya.

Miyu menggeleng lemah. Ya, Miyu pikir Kumu kucing liar yang tak punya majikan.

"Jadi tadi pemilik Kumu kesini. Sudah hampir satu bulan mereka mencari Kumu,bukan apa-apa..Kumu ini masih ada Induknya. Dan induknya ini sering mengeong-ngeong seolah mencari Kumu!"

Mamanya menghela napas sebentar seperti mengamati raut muka Miyu.

"Jadi,mereka sudah lama mencari ke sana-kemari . Setelah akhirnya kemarin menemukan Kumu di depan rumah kita,tadi mereka datang sambil membawa induknya Kumu.".

Miyu diam. Ada air mata menetes di pipinya.Entah mengapa Miyu merasa sedih.Mamanyapun memeluknya erat.

"Miyu jangan sedih ,kan Kumu sekarang bertemu Ibunya. Justru kalau Kumu berpisah dengan Ibunya malah kasihan," sambil membelai lembut rambutnya, Mamanya menenangkan.

"Tapi Miyu sedih enggak bisa bersama Kumu lagi Ma.." tangisnyapun akhirnya pecah.

"Iya, Mama mengerti perasaan Miyu, tapi..kalau Miyu sayang Kumu..Miyu harus merelakan Kumu karena bersama Ibunya tentu lebih baik ya kan? Coba Miyu mau enggak dipisahkan dari Mama?"

Miyu menggeleng. Lalu Miyupum makin dalam memeluk Mama. Namun tangisnya mulai mereda.

"Nanti Minggu kita nengok Kumunya ya..kata pemiliknya Miyu boleh nengok Kumu kapan-kapan."


Mendengar kalimat terakhir, Miyu melepaskan pelukannya. Dia tersenyum karena senang masih bisa bertemu Kumu.

Perasaan kehilangan itu memang tidak enak. Seharian ini Miyu merasa ada yang tak lengkap dalam rumahnya. Tidur siangpun terlewatkan karena tak ada Kumu yang menenami.

Untuk mengurangi rindunya,Miyupun memainkan bola kecil yang biasa Kumu kejar. Juga Miyu mengerak-gerakkan tali yang ujungnya di ikatkan kertas untuk menggoda Kumu. Biasanya Kumu akan bergerak lincah mengikutinya.

Mama dan Papanya yang ikut sedih melihat kondisi Miyu akhirnya berpura-pura jadi Kumu agar Miyu bisa terhibur.  Bola yang dilempar segera dikejar oleh Papanya dengan gaya merangkak. Tali yang digerakkan diburu Mamanya,juga dengan gaya kucing. Miyupun akhirnya tertawa .

Yang berat ketika malam tiba. Rasanya sulit sekali memejamkan mata. Berkali-kali matanya terbuka dan berharap Kumu ada di sampingnya.

Dua hari berlalu. Miyu belum juga bisa melupakan Kumu. Rencananya nanti sore Mamanya akan mengantarkannya  menemui Kumu.

Ini minggu. Miyu sudah duduk di depan tv sedari pagi. Namun matanya tak mampu menikmati tayangan film kartun seperti biasanya. Dia kembali ingat Kumu.

Entah mengapa kemudian saat membayangkan Kumu ada dipeluknya, tiba-tiba suara Kumu terdengar jelas . Ah,khayalannya rasanya sudah tinggi hingga suara Kumu begitu nyata. Miyu mengusap mukanya berharap bisa menghilangkan suara Kumu yang kian keras dari arah pintu.

"Miyuuu! Sini Nak!"

Tiba-tiba suara Kumu berganti suara Mama.

Suara Mamanya terdengar dari arah ruang tamu.  Sedikit heran sebenarnya mengapa Mamanya bisa berada di ruang tamu. Setahunya tadi Mamanya di dapur. Apa iya karena melamun,Mama tak terlihat saat lewat?tanyanya dalam hati. Dengan malas-malasan Miyupun berjalan ke ruang tamu.

Miyu melihat Mamanya bersama seorang wanita yang mungkin seusia Mamanya,lalu sebelahnya seorang anak perempuan, yang sepertinya seumurannya. Anak perempuan yang  berambut keriting itu duduk sambil menggendong seekor kucing. Kucing itu tampak meronta-ronta kemudian langsung melompat dan berlari mendekatinya

Miyu seakan tak percaya dengan yang dilihatnya. Kucing berbulu kuning yang dua hari ini dia rindukan kini telah kembali.Berulang kali Miyu menciumi Kumu.

"Miyu,ini Tante Ani dan Lyta. Mereka adalah pemilik Kumu dan Induknya," Mamanya menjelaskan  siapakah tamu-tamu yang datang.

Sambil menggendong Kumu, Miyu mencium tangan Tante Ani lalu bersalaman dengan Lyta  sambil menyebutkan namanya.

" Nak Miyu,setelah Kumu kami bawa ke rumah,ternyata Kumu seperti tak betah. Dia mengeong terus seharian. Kumu juga tak mau makan dan minum,sementara Induknya, sudah tak mau lagi menyusui Kumu. Akhirnya karena tak tega,kami kembalikan Kumu padamu,sepertinya Kumu sudah terlanjur sayang pada Miyu."panjang lebar Tante Ani menjelaskan.

 Sementara Lyta yang berada disebelahnya mengangguk-angguk seperti mengiyakan. Bahkan sesekali dia tersenyum sambil mengelus Kumu yang ada dipelukan Miyu.

"Jadi..Miyu boleh pelihara Kumu lagi?"tanyanya tak yakin.

"Iya, Kumu biar bareng Miyu lagi deh," jawab Tante Ani.

"Terus Lyta gimana dong?"tanya Mamanya.

" Tak usah cemas , Lyta masih punya dua kucing lain suadaranya Kumu," jawab Tante Ani.

"Terimakasih Tante..terimakasih Lyta!"ujarnya riang.

Tante Ani dan Lyta sama-sama tersenyum.

Akhirnya Kumu benar-benar kembali kepelukan. Dan yang paling membahagiakan Miyu , selain mendapatkan kembali kucing kesayangan adalah..Miyupun mendapatkan teman baru, Lyta.

Foto: Irma Tri Handayani
Foto: Irma Tri Handayani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun