Ternyata Harus Persalinan Caesar
Katanya kalau lagi hamil jangan asal berahalusinasi. Apa yang kita bayangkan biasanya jadi kenyataan. Entah mengapa setiap suami mau pergi kerja saya selalu bilang begini,
"Jangan pulang terlalu malam,takutnya mimi pecah ketuban duluan!"
Tak pernah terpikir kalau pesan tersebut jadi kenyataan. Tanggal 9 Mei di hari rabu siang pukul satu, kejadian deh pecah ketuban. Sempat panik merasakan ada aliran air turun melewati paha,tanpa ba bi bu saya mengajak suami ke rumah sakit terdekat.
Jauh-jauh hari saya berencana lahiran di rumah sakit itu. Karena tahu melahirkan itu pasti sakit,maka saya berharap nyamannya kondisi rumah sakit akan mengurangi efek sakit.
Jika di kelahiran sebelumnya saya melahirkan di bidan dengan biaya yang dikeluarkan tak sampai 1 juta. Maka untuk kelahiran ini kami menyiapkan uang lebih karena setelah survey harga kami mendapatkan perkiraan 5 kali harga lahiran di bidan. Kami sudah menabung untuk itu lewat arisan.
Begitu sampai rumah sakit,saya langsung menuju UGD dan mengeluhkan pecah ketuban. Bidan memeriksa pembukaan. Masih pembukaan 2. Namun melihat ketuban yang berwarna hijau  yang dikhawatirkan menjadi pertanda bayi sudah BAB di dalam.
Bidanpun merekamkan detak jantung bayi lagi . Hasilnya kini melemah. Sayapun diberi cairan infus untuk menstabilkan. Setelah disuntikkan dan direkam kembali,detak jantung jabang bayi kembali normal.
Karena ketuban yang terus keluar bidan menyarankan saya untuk diinduksi akan segera terjadi persalinan,entah mengapa saya menolak.  Saya yang terlalu yakin bisa melahirkan normal seperti kedua kakaknya saya meminta waktu untuk berusaha merasakan kontraksi alami  plus ketakutan juga mendengar cerita orang bahwa kontraksi hasil induksi itu dahsyat sakitnya.
Pihak rumah sakitpun memberikan batas waktu aman untuk saya kontraksi dan melahirkan. Jika hingga pukul 8 malam tak ada juga kontraksi,maka saya harus melewati operasi caesar.
Saya tiba-tiba ketakutan. Bukan masalah sakitnya yang akan saya rasakan namun biaya yang harus saya rogoh untuk persalinan. Suamipun ijin pulang untuk kasak-kusuk mencari pinjaman sana sini. Namun suami saya tak berhenti menenangkan diri.