"Oke!" Katanya. Setelah itu dia mengambil posisi untuk tidur.
Selain sumpit masih ada lagi yang belum disiapkan yaitu permintaan bu guru untuk menggunting kertas kado. Karena enggak fokus saya sempat bertanya ukuran pemotongan. Untung suami saya mengingatkan dengan mengirim ulang tugas di Di WAG.
Ya alhamdulillah suami saya mau nyempil diantara sebagian besar emak-emak di grup itu. Pendidikan memang nomor satu buat dia. Dia tahu,saya sebagai emaknya sering lupa dan abai dengan alasan repot ngurus adiknya.
Namun dalam pikiran saya nanti jika adiknya tidur, saya akan meminta tolong orang di rumah untuk menggunting kertas kado. Sayanganya pikiran saya terbawa tidur. Dan tahu-tahu sudah shubuh. Lupalah saya niat mengguntingkan kertas.
Kenapa bukan oleh saya memotongnya?baiklah saya harus membuat pengakuan bahwa..saya tidak cakap dalam membuat garis dan memotong lurus.
Pernah saya nekad mencoba memotong poni Miyuni,hasilnya bukan lurus melainkan diagonal hingga akibatnya poni dirapihkan suami dengan ukuran terlaluuuu pendek untuk sebuah poni.
Bukan hanya poni,memotong kukupun saya tak ahli. Anak-anak mengeluh sakit kalo dipotong kuku sama mimi. Benar-benar emak-emak barbar saya.
Akhirnya dengan pertolongan ayahnya selesai dengan kemepetan waktu, terpotonglah kertas kado ukuran 20x 50 cm itu. Dan sumpit? Ya sumpitpun berhasil suami temukan entah di dunia mana.
Inilah yang kemudian dibuat oleh kakang dan teman-temannya. Saya tersenyum teringat semalam dia sudah berusaha keras untuk menyiapkan sendiri tugasnya.
Terkadang saya merasa bersalah karena tak pernah bisa menjadi Ibu yang sempurna. Perasaan bersalah ini muncul ketika membaca respon sebelumnya dari para Emak yang memberi komentar tentang seputaran tugas.
Mereka seperti kocar-kacir mencarikan apa yang diminta guru. Â Beberapa malah janjian untuk barter barang yang mereka punya.