Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah KKN Saya yang Mungkin Seseram KKN di Desa Penari

31 Agustus 2019   20:53 Diperbarui: 31 Agustus 2019   21:45 4969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan teman-teman saat KKN. Dokumen Pribadi

Mengetahui ada kisah seram di Desa Penari mengingatkan saya pada masa KKN dulu. Bagi saya masa KKN salah satu masa yang patut dikenang karena bersejarah karena saat KKNlah saya bertemu dengan suami saya . Terlibat cinta lokasi saya dan momen yang semakin mendekatkan saya adalah peristiwa horor malam di suatu malam yang tak mungkin terlupa.

Begini ceritanya. Rumah yang kami tinggali saat KKN adalah rumah yang sering ditinggalkan oleh pemiliknya. Sang empunya rumah masih aktif bekerja di Bandung sehingga rumah itu hanya untuk singgah saat libur. Sementara pemilik rumah tak ada , kerabatnyalah yang mengurus rumah itu.

Rumah yang cukup besar, dengan tiga kamar . Bangunannya sudah cukup modern untuk ukuran rumah di desa. Bukan lagi bilik tapi sudah bertembok.

Di samping rumah terdapat kolam ikan yang  konon kata pengurusnya ,sedari dibuat belum pernah diambil ikannya dan belum pernah ada yang turun ke kolam untuk sekedar bermain air atau mencari ikan.

Melihat kolam itu,memang saya pribadi kadang merasa ada nuansa yang berbeda meski saya tak tahu apa. Sedari sampai di hari pertama KKN, para cowok sudah berminat untuk turun di kolam itu. Namun sempat mendapat larangan dari pengurus rumah tersebut.

Entah mungkin karena penasaran melihat kolam yang terlihat penuh dengan ikan,salah satu teman saya berinisiatif untuk turun. Niat tersebut sebenarnya mendapat tentangan dari teman yang lain,namun dia nekad dan hanya berhasil mengajak satu teman cowok lain. Dengan cueknya mereka bukan cuma mencari ikan tapi juga berenang di kolam itu. Mereka melakukannya selapas ashar. Menjelang magrib barulah berhenti.

Selepas magrib, entah mengapa suasana rumah berbeda. Lelaki gondrong yang kelak jadi suami saya tiba-tiba demam. Padahal saat siang dia baik-baik saja. Dia tak ikut berenang loh ya,sudah mulai tebar pesona pada saya soalnya. Saya yang saat itu sudah mulai akrab dengannya otomatis duduk didekatnya untuk mengompres dahinya yang panas .

Tak lama saat kami berkumpul di tengah untuk rapat persiapan acara bersama penduduk di esok hari,tiba-tiba salah satu teman perempuan saya yang bernama Ami menjerit. Sambil menunjuk ke arah cermin yang menempel di lemari,dia menjadi hilang kendali. 

Sebentar menangis sebentar menjerit. Sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dia mengatakan kalau dari cermin dia melihat sosok menakutkan duduk di sebelahnya. Diapun berlari untuk pindah duduk.

Suasanapun menegang. Semua berusaha menenangkan Ami dengan menyarankannya mengucap istighfar. Meskipun terkadang sadar,sisanya Ami kembali tak bisa dipegang. Yakin bahwa dia kesurupan,kamipun mencari orang pintar di desa itu yang bisa mengobatinya.

Saat Ami histeris saya duduk jauh dari mereka karena masih berada di sisi sang kekasih hati. Dia yang semula tertidur terus karena demam  akhirnya terbangun dan duduk menghadap teman-teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun