Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Pahlawanku] Titik Ikhlasku Melepas Sang Pahlawan

17 Agustus 2019   23:52 Diperbarui: 19 Agustus 2019   08:56 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak yang ditinggalkan orang tua karena bercerai di usia balita, tentu tak mudah besar tanpa belaian kasih sayang. Terbayangkan balita itu hobinya apa kalau bukan nangis?

Adalah wanita tua renta itu yang senantiasa memeluk dan menggendongku kemana-mana hanya demi bisa menghentikan tangisku. Tak banyak berkata,hanya memeluk saja.

Beliau memang telah lama janda. Oleh Kakek dibekali tunjangan pensiunan . Kakekku dulu seorang tentara.Mestinya uang pensiunan itu digunakan untuk menyejahterakan hidupnya.

Mestinya dia tinggal ongkang-ongkang kaki. Tinggal belanja dan jalan-jalan kemana saja dia mau. Atau semestinya setiap bulan uang tunjangan yang didapatkan dibagi untuk cucu-cucu semua bukan cuma aku dan kedua kakakku.


Namun pilihannya mengasuh aku dan kedua kakakku membuatnya harus mengesampingkan itu. 3 cucunya yang dipeluknya itu masih butuh biaya besar tentunya.

SK pensiunannya tak pernah ada di rumah melainkan menginap  di bank sebagai agunan untuk meminjam uang.

Peminjaman uang biasanya terjadi tahun ajaran baru. Kebutuhan uang pendaftaran masuk sekolah dan kebutuhan perlengkapan sekolah tentu jadi alasannya.


Ayahku,yang merupakan anaknya sulit untuk dimintai uang. Bisa dihitung jari berapa kali wesel yang dikirim. Keberadaannya juga tak jelas di mana. Istri barunya konon katanya tak rela jika dia harus berbagi rejeki dengan kami. Sehingga semakin sulit untuknya menemui kami. 

Ibuku juga sepertinya masih memilih menyembuhkan luka hati sehingga tak bisa sering mengunjungi. Mengunjungi kami sama saja mungkin dengan mengorek luka baginya karena mengingatkan pada Ayah kami yang bajingan di matanya.

Anak-anak Nenek yang lain tentu banyak yang protes akan keberadaan kami. Selain kami dianggap akan merepotkan,mereka juga tak suka uang pensiunan ayah mereka digerogoti oleh aku dan kedua kakakku. Mereka nyinyir karena merasa Ayah kamilah yanh seharusnya masih bertanggung jawab atas hidup kami.

Tapi Nenek tak pernah lelah membela kami . Selalu dia berkata lantang jika ketiga anaknya yang lain protes.

"Ibu tuh enggak adil,sayangnya cuma sama tiga anak Darman!" Seperti itu protes mereka saat bertemu dengan Nenek dan melihat kerepotannya bersama kami.

Dengan tenang Nenek menjawab

"Kalau bukan Ibu yang mengurus mereka,bagaimana nasib mereka?sudah jelas mereka ditinggalkan orang tuanya,sudahlah itung-itung Ibu ada yang menemani,kalian kan sibuk dengan urusan masing-masing!" Begitu yang kuingat keluar dari mulut Nenek.

Foto bersama kakak-kakak, Ayah dan Ibu. Foto pribadi
Foto bersama kakak-kakak, Ayah dan Ibu. Foto pribadi
Nenekku lahir di tahun 1928. Masa sumpah pemuda. Hidup di dua jaman penjajahan berbeda yaitu Belanda dan Jepang tentu penuh cerita.Bahkan aku ingat Nenekku bisa menyanyikan lagu Jepang yang katanya diajarkan saat disekolah. 

"Nioko okaini sora akete..niakonjukuta kaku kanggayakeba"itu baris syair lagu yang masih melekat sampai sekarang. Entah betul atau tidak lirik berbahasa jepangnya.

Entah lagu itu bercerita tentang apa dan apakah nenekku tahu arti liriknya. Aku juga tak pernah menanyakan. Namun melihat Nenekku menyanyikan itu dengan semangat aku menduga kalau itu lagu perjuangan.

Jika Nenek sudah menceritakan masa penjajahan sebelum tidur aku selalu senang karena seperti merasakan pelajaran sejarah secara langsung.

Sebagai cucu wanita satu-satunya yang dirawat,Nenekku tentu menyayangiku. Saking sayangnya kadang terasa jadi over protektif. Selepas SMA ,kuliah dan bekerja Nenekku sering ikut campur masalah hubungan lawan jenis. Ya,tentu dia menginginkan yang terbaik untuk cucunya tercinta.

Pernah di suatu masa ,pacar pertamaku yang menurut kriterianya ideal karena kaya,pintar baik hati dan tidak sombong memutuskanku sepihak. Patah hati parahku dirasakan oleh beliau. Selain tak henti berusaha meredakan tangisan kehilanganku,Nenekkupun sampai berikhtiar mencari orang pintar untuk menyembuhkanku yang tak semangat hidup.

Suatu hari saat mau mandi,aku menemukan bak mandi penuh dengan bunga dan kertas-kertas putih berisi tulisan arab gundul seperti jampi-jampi. Kata Nenek itu untuk menguatkan aku kembali. Aku hanya tertawa melihat ritualnya itu. Semenjak itu aku memang mampu bangkit melupakan mantanku hingga bertemu dengam suamiku.

Suamiku dulu sulit untuk mendapatkan restu . Standar menantu idaman sudah terlanjur dia dapatkan dari mantan pacarku. Untunglah akhirnya melihat kegigihan suamiku  dalam mendekatinya dan menyayanginya membuat hatinya luluh dan mau menerimanya. Meskipun sering diusir halus  namun suamiku tak pernah bosan membawakan coklat sebagai tiket apel. 

Nenek akhirnya merestui suamiku. Foto pribadi
Nenek akhirnya merestui suamiku. Foto pribadi
Nenekku pahlawanku yang luar biasa. Meskipun sudah tua,namun dia segar bugar dan jarang sekali sakit dalam jangka waktu lama. Kadang dengan usianya yang sudah semakin mendekati angka 80 rasanya tak masuk akalkan kalau dia jarang sakit?

 Bukan berarti tak punya penyakit. Layaknya wanita renta,jantungnya sudah lemah,tekanan darahnya tinggi bahkan stroke ringanpun pernah menyerang. Beberapa kali menginap di rumah sakit sudah sering kurasakan.

Herannya sakit-sakit itu hanya menyerang sehari dua hari saja. Setelah itu dia akan kembali kuat beraktifitas. Malah  sekali waktu stroke , dia  tak bisa bergerak hanya selama dua hari saja di rumah sakit. Hari ketiga saat pihak medias mau memberinya terapi agar bisa bergerak normal termyata Nenek susah berjalan-jalan seperti biasa seolah tak seperti pernah terkena stroke. Dokter dan perawatpun dibuat takjub melihatnya.

Foto Nenek saat terbaring sakit. Dokumen pribadi
Foto Nenek saat terbaring sakit. Dokumen pribadi
Usut punya usut, kesehatan beliau yang ternyata tak pernah menurun dikarenakan ilmu yang dimilikinya.Orang tua dulu sudah biasa memiliki ilmu. Salah satu tujuannya untuk menjaga diri,maklum mereka hidup di jaman perang.
Konon ilmu yang dimilikinya itu merupakan titipan ayahnya yang jawara. Menurut cerita Nenek ,sewaktu kecil Ayahnya meniupkan jampi-jampi di ubun-ubunnya. Selain kekuatan badan,Nenek akan mudah disukai siapa saja yang melihatnya. 

Memang benar selain tak gampang sakit dan mudah sembuh,Nenek selalu membuat orang-orang menyukainya meskipun  baru bertemu. Jika hari raya Idul Fitri tiba, banyak sekali orang yang memberinya amplop. Nenek dikategorikan layak mendapat santunan sebagai janda tua yang dianggap kekurangan namun juga disayangi banyak orang. Saking banyaknya amplop kadang Nenek suka lupa,tercecer di mana saja. Beliau tak tahu kalau kami kadang iseng mengambil satu.

Tahun 2013,tahun di mana Nenek terkena apes. Suatu hari ketika dia memesan dibelikan gado-gado  oleh kakak. Tak dinyana sang penjual gado-gado menggantikan kangkung  sebagai sayuran dengan daun kelor.

Semua tahu daun kelor adalah pengusir kekuatan gaib. Esoknya Nenek ambruk. Dia tak bisa apa-apa. Fisiknya yang semula terlihat bugar seketika lemah.

Sebetulnya jika melihat riwayat sakitnya,bisa jadi saat penyakitnya kambuh beliau tak kuat dan meninggal sudah lama,namun yang terjadi selalu beliau akan bugar kembali. Rupanya ilmu yang dihembuskanlah penyebabnya.

Sakit kali itu benar-benar kritis. Meski sempat untuk beberapa menit dia seperti sehat namun detik berikutnya dia mengerang mengeluh dan mengaduh.

Dua minggu kemudian dia seperti lupa pada semua. Dia tak lagi bisa diajak bercakap-cakap. Matanya sering terpejam. Kami bergantian menungguinya karena anak-anaknya merasa kami lebih bertanggung jawab karena telah menyusahkannya semasa hidup. 

Di titik itulah aku beserta kakakku sempat dilema. Sepertinya beliau harus mendapatkan pengobatan spiritual untuk membersihkan ilmu tersebut. Namun itu artinya di sakit kali ini dia takkan sembuh dan bisa jadi pergi menghadap Yang Maha Kuasa. 

Sudah siapkah kami kehilangan sosok yang begitu menyayangi kami? Sudah siapkah kami tak mendengar suara cerewetnya yang memang sudah hilang beberapa hari sebelumnya. Jujur aku malah tak mau kehilangan. Rasanya masih kurang waktu untuk memeluknya. Rasanya ingin mendengar kembali ketukan di pintu kamar saat membangunkanku dengan suara cemprengnya. Rasanya ingin kembali mendapat suapan nasi darinya sebelum pergi sekolah bahkan bekerja di pagi hari.

Disuapi nenek. Foto Pribadi
Disuapi nenek. Foto Pribadi
Namun melihatnya tersiksa oleh sakitmya, akhirnya kami berikhtiar untuk mencari ustadz yang mampu membersihkan  hal yang tak mudah dimengerti secara akal dan logika.

Kemudian ketika kami menemukan dan melakukan serangkaian pengobatan untuk membersihkan ilmunya ,sebagian jiwa kami merintih karena takut kehilangan. Keikhlasan itu sulit.

 Setelah akhirnya beliau bersih daril ilmu pengasihan dan esoknya melepaskan nyawa, tangis kami pecah tak terhentikan. Kamipun pada akhirnya benar-benar harus ikhlas melepaskan beliau menghadap yang Kuasa dan mendoakan beliau semoga beliau diampuni segala dosanya dan semoga Tuhan memberinya tempat di surga karena kesabaran dan kasih sayangnya membuat kami, tiga anak yang bisa dikatakan terbuang ini mampu hidup dan berhasil menaklukan kehidupan.

Sosok pahlawanku telah pergi. Beliau bukan hanya seorang Nenek namun juga Ayah dan Ibu bagiku.

Makam Neneku. Dokumen pribadj
Makam Neneku. Dokumen pribadj

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun