"Mamanya tinggal dimana sekarang?"
"Tahu deh,dia kagak bilang sekarang tinggal di mana!"
"Kasihan juga ya Imay!"
"Ya bagaimana lagi.."hanya itu penutup dari Nenek.Nenek lalu pamit dan menggendongku masuk rumah. Kejadian hari itu sungguh berbekas.
Yang kutahu dulu Mama memang  sering meninggalkanku saat tertidur. Itulah mengapa aku mencoba menolak permintaan Mama untuk tidur,aku takut Mama pergi dan tak kembali.
Dulu aku tak tahu, bahwa Mama memilih pergi saat kutidur agar Mama tak melihat aku menangis karena ditinggalkan. Hati ibu mana yang kuat melihat anaknya meraung karena tak ingin ditinggalkan?
Dulu aku tak  mengerti bahwa Mama sudah tak bisa tinggal bersamaku lagi. Kepergian papa untuk menikahi perempuan lain mengguncang batinnya dan membuatnya tak sanggup untuk bersamaku. Untuk menyembuhkan lukanya saja katanya tak kuat apalagi untuk membesarkanku. Mama meninggalkanku bersama Nenek dari Papa dan sesekali menemuiku.Â
Nyanyian Mama menjelang tidur perlahan berkurang saat  usiaku semakin bertambah. Mama tak sering lagi menemuiku seiring menguatnya jiwa Mama.
Beberapa waktu kemudian Mama  bertemu dengan pendamping dan memiliki buah hati baru untuk dinyanyikan lagu pengantar tidur.
Hingga detik ini, aku selalu ingat nyanyian itu, nyanyian pengantar tidur sebagai cara tuk berpisah yang tak menyakitkan bagi Mama,tapi tidak buatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H