Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Event Cerita Mini] Nyanyian Pengantar Tidur

6 Juli 2019   13:36 Diperbarui: 7 Juli 2019   16:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aku terperanjat dan bangun segera. Kupanggil Mama berulang -ulang sambil celingukan mencari Mama. Setelah mendapatkan Mama tak ada di kamar, aku berlari keluar kamar sambil terus berteriak memanggil mama.
Semakin keras ku panggil mama, semakin sepi sekitar.


Tak ada jawaban apalagi  penampakkan sosok Mama di sana.
Kaki kecilku berlari menuruni tangga ingin mencari Mama di ruang bawah,sayangnya aku tersandung di entah anak tangga ke berapa dan sempat terguling-guling berapa anak tangga.


Tak terasa sakit karena aku langsung bangkit dan kembali mencari Mama. Pintu yang kebetulan terbuka membuat aku segera melesat keluar rumah.


Saat tiba di luar ada sosok yang menangkapku.


"Eh dah bangun cu?"tanya sosok wanita renta, dia bukan mama.


"Mama mana Mama mana?"tanyaku sambil berurai air mata.


"Oh Mama, Mamanya pergi dulu beli permen buat kamu," begitu jawabannya,sosok wanita renta yang biasa kupanggil Nenek.


Meskipun permen adalah makanan yang paling kusuka,n amun jawaban Nenek saat itu tak membuat tangisku reda. Aku seperti sudah hapal jawaban Nenek.


Kali itu kutahu, Nenek pasti bohong untuk kesekian kalinya. Tangisku tak semakin keras Nenek menggendongku untuk meredakannya. Tak mudah karena tangisanku begitu dalam kali itu.

"Kenapa lagi tuh si Imay mak?"tanya tetangga sebelah yang kebetulan lewat.


"Biasaa, Mamanya pergi pas dia tidur,begitu bangun nangis deh ni bocah!" Jawab Nenek enteng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun