Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Cinta Saja Tak Cukup Saat Menikah

30 Juni 2019   22:39 Diperbarui: 30 Juni 2019   22:43 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan Saya. Dokumen Pribadi

Membaca berita tentang selebrita yang romantisnya gila-gilaan namun berakhir di pengadilan membuat saya membuka kembali album pernikahan saya dengan Bapaknya anak-anak.

Saya harus menunggu 6 tahun lebih 3 bulan untuk menunggunya melamar. Alasannya dari mulai dia masih kuliah,dia bari bekerja sampai harus menunggu kakak tertuanya yang belum menemukan jodoh.

Semula saya kesal dan hampir patah arang,namun pada akhirnya saya bersyukur,dengan penantian lama saya jadi mengenal baik seperti apa keluarga besarnya. Bagaimana karakter ayah ibunya. Seperti apa kakaknya kalau lagi marah. Karena pada akhirnya saya tak hanya menikahi dia ,namun juga keluarga besarnya.

Pun begitu dia. Waktu pendekatan yang lama membuat dia tahu betapa berantakannya saya yang merupakan korban orang tua berpisah. Dia hapal seperti apa karakter kakak-kakak saya dan dia juga tahu bagaimana cara menaklukan Nenek tua yang mengasuh saya sedari kecil.

Jadi meskipun tak semuanya sama,menurut saya waktu pengenalan menurut saya berpengaruh dalam jalannya rumah tangga. Memang ada yang hanya sebentar bertemu laku bisa membangun rumah tangga. Tapi saya termasuk yang percaya bahwa perlu proses panjang untuk menyatukan dua hati dalam ikatan rumah tangga. Setahun takkan cukup menurut saya. Hitungan waktu setahun hanya bisa mengenal permukaan saja. Bisa jadi para couple goals itu terlalu cepat memutuskan menikah.

Yang membuat dua hati berpaut tentu awalnya perasaan cinta. Tak mungkin hubungan terjalin jika tak ada cinta. Memang saat cinta menggebu semua indah. Pada saat cinta menggelora,kekurangan pasangan tak jadi masalah. Mereka tampak sempurna di mata kita.

Cinta itulah yang harus terjaga dan terpelihara. Karena itulah kekuatan sebuah hubungan. Meskipun kesal karena cinta ,semestinya tak mungkin pernikahan gagal. Mungkin mereka tak berhasil menyalakan terus api cinta sehingga mereka menyerah pada waktu yang tak terlalu lama.

Cinta bisa padam ketika kedua belah pihak tak mau menghormati yang lain. Cinta juga mati jika kedua belah pihak sering berlari dari masalah. Menghindari perdebatan karena tak ingin bertengkar. Ini sebenarnya bahaya. Karena yang ditakutkan dalam sebuah hubungan bukan saat api asmara membara tapi saat bertengkar dan memilih tak ingin menyapa. Bertengkar sebetulnya cara kita menyelesaikan perbedaan pendapat.

Berselisih faham yang baik bukan berdebat kusir,ketika yang satu marah,cara terbaik yang lain diam. Membiarkan yang marah menyelesaikan emosi tanpa harus memotong. Meskipun kuping panas hati beringas,namun memotong sama saja memberikan amunisi untuk pasangan kita untuk mencari kesalahan lain.

Terkadang setelah beberapa waktu berjalan kita menjadi kita yang asli. Yang tak dipoles karena ingin dikaguminya. Di titik inilah belum tentu pasangan mau menerima.

 Ketika keduanya menginginkan yang lain memahami dirinya  tapi tak ingin mencoba memahami pasangannya maka disitulah keretakan mulai muncul.

Mungkin couple goals itu gagal mempertahankan hubungan karena bagi mereka cinta saja tidak cukup. Atau memang cinta mereka sudah luntur seiring waktu berjalan.

 Apalagi pasangan yang bertemu karena cinlok atau cinta lokasi. Ketika rutinitas mereka berbeda dengan saat bertemu dan menghangatnya hubungan maka peluang untuk merenggang besar.

Semoga mereka saja yang gagal mempertahankan pernikahan. Saya dan kalian semua akan bertahan dalam ikatan pernikahan hingga akhir hayat. Amiin..

Dibalik daster yang sering diprotes oleh suami saya karena katanya tak gaya,selesai juga satu tulisan ringan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun