Alhamdulillah akhirnya lebaran yang dinanti tiba. Bagi kita yang dewasa saja merasa bahagia jika tiba hari raya apalagi bagi mereka ,anak-anak.
Moment lebaran selalu membuat mereka senang. Selain dibelikan baju baru oleh orang tuanya,kemudian mencicipi masakan spesial buatan Ibunya,juga mendapatkan amplop berisi uang lebaran dari sanak saudaranya.
Salahkah jika mereka menanti amplop uang lebaran?betulkah mereka dipupuk menjadi pengemis gara-gara mengharapkan uang lebaran?rasanya terlalu berlebihan tuduhan tersebut menurut saya.Â
Kita pernah sekecil mereka,perasaan senang menghitung lembaran uang hasil pemberian lebaran itu tak ada duanya bukan. Memasukkan ke dalam tabungan atau membelikan barang yang kita impikan membuat kita tersenyum. Yang apes terkadang dipinjam dulu oleh ibu kita saat butuh kepepet  dan lupa dikembalikan wk wk wk .
Jika sekarang anak-anak kita merasakan tradisi itu mengapa tidak? Bagi mereka yang memiliki rejeki  berlebih memberi selembar dua lembar dan menukarnya dengan  senyum anak-anak tentu menyenangkan.
Baris rapi setelah salaman karena akan dibagikan uang lebaran adalah momen lucu setiap silaturahmi. Meskipun secara ekonomi kita tak kekurangan namun jika saudara kita ingin memberi uang lebaran mengapa mesti kita tolak?
Yang tak boleh adalah jika sedari rumah kita menyuruh mereka untuk meminta uang pada saudara. Yang tak elok adalah jika kita mendorong anak-anak kita untuk mendekati saudara yang berpotensi memberi uang.
Hindari kalimat basa-basi untuk meminta amplop
"Tuh ada tante anu,noh ada oom ayo salim nanti dapat amplop loh!"
Wah itu baru kalimat memupuk jiwa pengemis.Â