Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pengemis Ini Tebal Muka Juga

14 Mei 2019   08:09 Diperbarui: 14 Mei 2019   14:26 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah berapa kali saya melihat penampakkan dia. Baik dalam busana pengemis,maupun busana normal. Saya bertemu dia dalam busana pengemis di sekitaran jalan Cileunyi Jawa Barat tepatnya menjelang gerbang tol.  Dia akan berjalan mendekati para penunggu bis atau angkot kemudian menadahkan tangannya di depan kita.

Tanpa kata,hanya memandang saja. Tapi jurus itu ampuh membuat yang diminati memberi. Entah karena kasihan atau tak enak dilihat terus olehnya dan dia tak mau beranjak dari hadapan kita kalau kita belum memberi.

Busana compang-camping yang dipakainya terdiri dari topi,jaket dan celana lusuh,lalu ada kain melintang (saya menduga berisi Baju ganti). Kemudian kaki yang sebelah kanan dibalut perban (mungkin ceritanya dia sakit kaki) sementara kaki kanan menggunakan kaos kaki hitam. Terakhir sepasang sendal jepit.

Foto yang saya ambil saat dia menggunakan baju pengemis itu,dia sedang menghitung lembaran dan recehan yang berhasil dia dapatkan. Cukup banyak sehingga membuat dia larut dalam penghitungan suara tanpa sadar adanya kamera.

Nah penampakkannya dalam baju normal itu biasanya terlihat di sore hari. Kantong yang dia bawa berisi baju dinasnya sebagai pengemis tadi.

Setiap sore dia akan lewat di depan rumah. Entah berapa kali kita berpapasan,kasang di jalan ,kadang di warung sayur,pernah juga di toko pakan hewan.

 Karena selepas mengemis dia akan berbelanja banyak sayuran untuk makan serta sesekali membeli makanan kucing.

 Kalau sudah berpakaian normal begitu dia tak ada bedanya dengan kita. Wajahnya tak dipasang muka sedih. Ada perhiasan gelang dan kalung yang dipakainya kulitnya yang bersih, berbeda deh dengan saat menggunakan pakaian mengemis.

Herannya Meskipun kami sering bertemu dia tak juga mengenal atau hapal pada saya. Ketika kebetulan bertemu di jalan,dia tetap menengadahkan tangannya . Ih,gemes dibuatnya. 

Awal-awal saya menanggapi santai. Begitu dia datang saya melengos pergi. Makin kesini saya tak bisa menyembunyikan kesal saya langsung mengingatkannya kalau kami sering bertemu di perumahan. Kalau sudah begitu baru dia ngeh terus berlalu dengan cueknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun