Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Munculkan Lagi Petani-Petani Mini Agar Pertanian Tak Mati

13 Mei 2019   20:46 Diperbarui: 13 Mei 2019   20:50 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain di pematang sawah. Dokpri

Kisah Bi Icuk Yang Petani

Ini adalah foto dari Bibi dari Suami saya. Namanya Bi Icuk dan itu Zahra cucunya .Beliau tinggal di Desa Cipari Kecamatan Situ Raja Kabupaten Sumedang.

Beliau memiliki profesi petani. Berdua bersama suaminya menggarap sawah dan kebun. Pagi  pergi ke sawah pulang siang menjelang petang.

Anaknya 3. , yang pertama dan kedua laki-laki. Yang terakhir perempuan. Anak pertamanya bekerja di kota sebagai buruh pabrik,anak perempuannya ibu rumah tangga yang bersuami pekerja buruh pabrik juga. Semula anak keduanya juga bekerja sebagai kuli di kota. Namun dua tahun terakhir ini anak keduanya memilih menjadi petani seperti kedua orang tuanya.

Yang mau meneruskan profesi petani di Desa Cipari ini jarang. Kebanyakan seperti di desa lain anak-anak mereka pergi ke kota mencari penghidupan yang lain. Jikapun ada malah memilih jadi tukang ojeg saja.

Kakaknya Bi Icuk yang lain juga sama . Suami istri berprofesi jadi petani,namun anaknya tak ada satupun yang jadi petani. Semuanya kerja di pabrik di kota.

Entah mengapa tak banyak generasi sekarang yang memilih jadi petani. Paling tidak anak petani sendiri. 

Mungkinkah orang tuanya sendiri yang melarang mereka berkubang lumpur dan terpanas -panas matahari? Bisa jadi sedari kecil orang tua mereka mendoktrin anak-anaknya untuk tak menjadi seperti mereka dengan harapan mereka akan menjadi lebih baik secara ekonomi jika tidak menjadi petani.

Hasil  panen mereka yang tak sebanding dengan yang dikeluarkan ketika gagal panen mungkin menyurutkan langkah mereka.

Kegiatan menumbuk padi Dokpri
Kegiatan menumbuk padi Dokpri
 Keterbatasan mereka dalam mengolah pertanian karena pendidikan rendah hingga mendapat keuntungan tak seberapa , bisa juga jadi faktor jauhnya niat menjadikan anak  mereka menjadi petani.

Kemajuan Pertanian Indonesia Kini 

Jadi petani sekarang tak sesulit petani di masa dulu. . 4 tahun belakangan ini, Kementerian Pertanian berhasil menurunkan inflasi bahan makanan, menaikkan ekspor pertanian, memacu investasi pertanian dari deregulasi, produksi pertanian juga meningkatka PDB sektor pertanian.

Terbukti daya beli petani sekarang  menguat  ditandai dengan NTUP dan NTP naik . Dunia  pertanian kini juga mengentaskan masyarakat dari kemiskinan di pedesaan.

 Banyak petani yang kini mulai sejahtera. Begitu pula semakin diperkuatnya revolusi mental reformasi birokrasi. Sekarang urus ini itu enggak ribet. Adanya penghargaan anti gratifikasi dari KPK menunjukkan Kementrian pertanian semakin bersih dri praktek kotor.

Jika kita amati, Kementerian Pertanian juga tampak sudah  melaksanakan persiapan dalam menjawab tantangan yang akan dihadapi sektor pertanian Indonesia.  Mimpi kita untuk segera terwujud untuk berswasembada pangan berkelanjutan dengan terus berusaha modernisasi pertanian.

 Meskipun pemerintah sudah sebegitunya turun tangan untuk pendongkrak pertanian,jika tidak ada yang meneruskan bidang pertanian, ya buat apa. 

 Semisal Bibi Icuk yang punya sawah dan kebun luas itu kemudian tutup usia siapa yang akan meneruskan lahan pertanian jika tak ada anak yang siap menggantikan? Lahan Bi Icuk mungkin akan terbengkalai dan tinggal impian.

Dokpri
Dokpri

Jadi masalah pertanian kini bukan hanya metode  dan cara yang canggih saja  namun juga langkanya calon-calon petani. 

Tanamkan Rasa Mencintai Dunia Pertanian Sedari Kecil

Tentu perrlu dilakukan sebuah cara yang menyentuh anak muda untuk kembali melirik pertanian.

Sebetulnya kecintaan pada dunia pertanian tak hanya bisa tumbuh setelah dewasa. Semestinya sedari kecil anak Indonesia dekat dengan pertanian meskipun hidup di kota. 

Seperti saya dan suami,meskipun hidup di kota namun ketika pulang ke Cipari kami mengajak anak-anak untuk bermain di sawah,mengamati para petani yang sedang bekerja. Menjelaskan pada mereka apa yang para petani sedang kerjakan. 

Sesekali anak-anak turun ke sawah tentunya. Lalu kamipun menjadwal makan siang di tengah sawah. Momen itu selaku mereka tagih di masa liburan

Bermain di pematang sawah. Dokpri
Bermain di pematang sawah. Dokpri

Adanya Tanaman di Setiap Rumah  Tangga.

Ada baiknya setiap rumah tangga memiliki lahan garapan. Jika tanah tak luas maka bisa diakali dengan penanaman di pot atau bertanam hidroponik. 

Anak-anak harus menyaksikan dan merasakan betul rasanya menabur biji,merawat tanaman dan kemudian panen. Untuk kebutuhan sehari-hari di rumah semisal tomat,cabe atau rawit. Saya yakin mereka pasti akan bersuka cita memetik hasil dari tanah sendiri.

Panen di kebun sendiri. Dokpri
Panen di kebun sendiri. Dokpri
Mennyediakan Sawah atau Kebun Mini di Sekolah Tingkat Dasar.

Sekolah semestinya bukan hanya sekedar tempatnya teori. Sekolah juga Mestinya jadi tempat menemukan ilmu secara langsung. Dengan menyediakan mini sawah atau kebun,siswa juga diajarkan untuk merasakan proses pertanian atau perkebunan.

Untuk pelajaran Sains, adanya sawah dan kebun juga membantu siswa memahami lingkungan ,ekosistem,habitat dan makhluk hidup lainnya. Adakan waktu di luar jam sekolah untuk bercocok tanam. Bisa dengan bergantian tiap kelas.

Tambah Jumlah SMK Pertanian

Akhir-akhir ini yang banyak didirikan adalah SMJ Jurusan mesin,otomotif, listrik dan komputer. Seolah memang hanya menyediakan SDM di bidang itu. Buat di perkotaan mungkin ya.

Jika memang ingin pertanian maju,maka jumlah SMK Pertanian juga semestinya di tambah.  Selain diusahakan gratis untuk para anak petani juga sekolah tersebut betul-betul lengkap dengan fasilitas dunia pertanian dan perkebunan.

 Jangan lupa posisi sekolahnya harus berada dekat dengan desa yang kental dengan pertanianya. Sediakan pula lowongan kerja yang langsung akan merekrut lulusan SMK tersebut,atau penyediaan modal untuk para lulusan SMK yang berniat bertani.

Seperti halnya di Cipari,tidak ada sekolah SMK Pertanian terdekat . Padahal Desa ini masih berpotensi besar di lahan pertanian. Jarak sekolah dari Desa juga jauh . Itupun SMP yang terdekat,untuk SMA jauh di kota itulah makanya sebagian besar sekolah mereka hanya sampai di tingkat SMP. 

Adakan Audisi Petani Muda Indonesia

Jangan hanya penyanyi Saja yang di audisi ,tapi petani handal juga. Penjaringannya dari mulai tingkat Desa,Kabupaten ,Provinsi hingga tingkat nasional. Tidak perlu petani yang sudah jadi,namun pemuda yang baru berniat pun boleh ikut. 

Nanti mereka di karantina dan mendapatkan ilmu yang lengkap di dunia pertanian. Diharapkan sepulang kompetisi mereka tumbuh jadi Petani-petani baru yang hebat Iming-iming hadiah uang tunai bisa jadi penyemangat awal.

Sarjana Pertanian Jangan Salah Jalan.

Semestinya jika memang saat kuliah dulu mengambil jurusan pertanian maka kembalilah para lulusan ke jalan yang benar di dunia pertanian,jangan malah bergabung dengan perbankan misalnya. Jangan hanya asal dapat kerja.Habislah cendekiawan pertanian.

Di tangan andalah wahai sarjana Pertanian dunia tani akan semakin tumbuh dan berkembang ide dan kreasi yang di dapat dari menimba ilmu di tempat kuliah harus direpresentasikan di dunia nyata. 

Kedepannya yang jadi petani justru harusnya Sarjan pertanian bukan cuma orang-orang yang belum tamat sekolah. Pertanian Indonesia kan semakin maju jika sarjana Pertanian mau berjibaku.

Semoga  ke depan petani akan menjadi profesi impian. Semoga akan bermunculan kembali Petani-petani Mini yang akan semakin memajukan pertanian Indonesia.

Petani menjadi Profesi Impian. Dokpri
Petani menjadi Profesi Impian. Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun