Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Slip Gaji yang Sengaja Disobek

4 Mei 2019   11:15 Diperbarui: 4 Mei 2019   11:19 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu saat akan mencuci baju, dari saku celana suami saya berharap menemukan selembar dua lembar uang yang tertinggal. Karena kalau menjadi kenyataan uang yang ditemukan Syah menjadi milik saya sang pencuci pakaian. Demikian peraturan tak tertulis yang saya sepakati sendiri wk wk wk.

Namun alangkah kagetnya saya karena bukannya yang yang ditemukan melainkan sobek-sobekan kertas kecil. Saya coba keluarkan semua tanpa satupun yang tertinggal .. Sayapun tiba-tiba jadi curiga,jangan-jangan suami saya menyembunyikan sesuatu. Jangan-jangan nominal gaji suami saya bertambah sehingga dia menyembunyikan dari saya. . Hmm.. kecurigaan itu membuat saya tak sabar ingin mengkonfirmasikan segera. Karena sobekan kertas-kertas itu tak berhasil saya susun.

Segera saja saya menanyakan langsung misteri slip gaji yang disobek itu.

"Hayo,kenapa slip gajinya disobek yang bulan ini? nominalnya nambah ya?!"

Setelah menghidangkan makan malam seadanya Sayapun akhirnya tak tahan bertanya.

Dia tertawa terbahak-bahak.

"Ya gajimah masih segitu atuh ,hujan badai kalau nambah!" Sambil menyuap makanan dia menjawab.

"Terus kenapa di sobek?"tanya saya penasaran..

"Malu kalau ketahuan sama Abah dan Emak gaji segitu, pasti mereka nanti malah jadi kasihan sama kita dengan anak 3 cukup apa,jadi kepikiran nanti lagu mereka!" 

Jawabannya membuat saya terdiam. Ah,lagu lama. Nominal gaji yang jauh dari angka UMR atau UMK. Meskipun gaji yang tak masuk akal untuk seorang pencetak generasi cerdas namun dari 15 tahun yang lalu semua dijalani dengan harapan ada pengangkatan menjadi PNS dengan syarat masa kerja yang sudah dijalani.

Alhamdulillah hingga dua atau tiga kali mengikuti tes CPNS syarat itu tak pernah ada. Tetap saja suami yang sudah memiliki jam terbang ini harus kalah saing dengan para freshgraduate.

Namun saya salut dengan semangat kerjanya yang tak pernah kendur. Tak pernah ada cerita dia menitip buku sebagai catatan berjalan karena malas mengajar dan ingin berdiam di kantor. Dirayu untuk minta libur sehari buat jalan-jalan sulitnya minta ampun.

Selalu saja banyak pekerjaan yang harus diselesaikan nya. Pulang malam sudah tak jadi suatu keanehan. Terkadang pekerjaan pun dibawa ke rumah. 

Saya dan suami sudah masuk ke dalam tahap pasrah. Mensyukuri dan menerima saja gaji perbulan yang aturan pembayarannya hanya jam perminggu itu. 

Andaikan guru seperti buruh dalam berdemo. Setelah tanggal 1 buruh berdemo mestinya gurupun ikut berdemo. Mungkin kalau sekompak mereka, keluhan para guru di dengar. 

Sayangnya tak terjadi pemerataan di dunia guru. Yang susah dan paceklik hanya guru honorer swasta. Yang sudah PNS bisa kibas-kibas kipas karena gajinya sudah cukup setidaknya menurut saya. 

Apalagi jika mereka sudah diberikan tunjangan sertifikasi makin ringanlah beban ekonomi. Uang yang di dapat bisa dua kali lipat setiap bulannya. Mereka tinggal mengajar dengan baik dan benar saja untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.

Guru honorer negeri lebih beruntung dari swasta. Hitungannya bukan perjam. Tapi memang sudah mendapatkan pendapatan pasti. Meskipun kadang macet saat akan pembayaran namun honorer di negeri nasibnya lebih baik apalagi ada jalur pengangkatan menjadi PNS bagi mereka yang masuk kategori honorer negeri. 

Saya tidak menampikkan bahwa 5 tahun kebelakang ini ada perbaikan pendapatan. Suami yang berhasil menyelesaikan program sertifikasi akhirnya mendapatkan tunjangan. Besarannya 1,5 juta perbulan. Dibayar menurut rencana 3 bulan sekali,namun sering meleset hingga 5 atau 6 bulan sekali.

Anggaplah itu tabungan paksa saja. Walaupun pada prakteknya itu kadang digunakan untuk membayar pinjaman saat ada kebutuhan mendadak seperti tahun lalu saya harus menjalani operasi SC saat kelahiran si bungsu. 

Biaya yang dikeluarkan tanpa mengikuti BPJS tentuembuat kami mencari pinjaman untuk menambah tabungan yang semula disiapkan untuk lahiran normal,maka pelunasan hutang tersebut dilakukan saat sertifikasi cair. Eh,jadi curhat..

Dengan anak tiga , dengan pendapatan jam jam mengajar ditambah upah wali kelas dan ketua program (karena suami mengajar di SMK) nominalnya belum sampai di ,1,5 juta. Cukupkah?ya tidak lah.

Supaya dapur tetap ngebul Sayapun mengajar juga. Hanya setelah tahu perhitungan gajinya begitu,saya memilih mengajar di Bimbel saja. Waktunya sebentar sehingga masih bisa mengurus rumah tangga,honornyapun lumayan.

Alhamdulillah kami masih bisa menyekolahkan si cikal di sekolah cukup eliit di Rancaekek. Dengan bulanannya 645.000 yang setahun langsung saat saya menerima uang kontrak dari bimbel saya bernaung.

Jadi ironi juga sebenarnya ya,anak mengenyam pendidikan di sekolah mahal sementara ayahnya bekerja di sekolah dengan gaji yang murah. Banyak yang mempertanyakan keberadaan kami menyekolahkan anak di sekolah terbilang mahal. Jam sekolah di SDN membuat kami memperkirakan si anak tidak akan kenyang mendapatkan ilmu. 2-3 jam mau dapat apa. Dengan siswa yang satu kelas penuh bisa 50 orang saya kok tak tega. 

Hingga detik ini kami hanya berharap mendapatkan pendapatan yang manusiawi. Jika memang janji Jokowi di periode ke dua ini akan meningkat SDM,maka semoga kesejahteraan guru honorer swasta menjadi perhatian. Semoga kesejahteraan dapat meningkatkan kinerja guru honorer tentunya.

Tanpa mengulang keluhan , suami kembali bekerja dengan sepenuh hati dan sayapun bertahan sebagai guru bimbel hingga tiba saat kesejahteraan guru honorer swasta bukan lagi impian.

Dan 3 tahun terakhir inisaya punya lahan Baru yaitu menulis di Kompasiana. Blog Competition nya bisa dijadikan sumber pendapatan. Pun K-rewardsnya bisa saya jadikan tambahan uang jajan. 

Semoga Kompasiana tambah membahana sehingga bisa memberikan pelung uang bagi saya seorang istri guru honorer swasta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun