Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

PKS Berhasil Membisiki Ibu-ibu di Sini

22 April 2019   16:57 Diperbarui: 22 April 2019   17:05 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bingungnya memilih calon. Dokumen Pribadi

Tak bisa dipungkiri banyaknya kertas suara untuk pileg membuat pening kepala kita. Mau pilih siapa, kenal aja enggak begitu kira-kira pertanyaan di benak saya.

Saat melihat daftar caleg DPR -RI saya mencari sosok politisi yang saya kenal. Sayang di dapil saya tak ada nama politisi yang biasa  wara-wiri di tv. Untung saja saya menemukan 1 nama tokoh yang saya kenal namanya,jadilah saya memilihnya.

Untuk DPD yang jumlah fotonya 70 saya sudah tak bingung karena suami sudah memberitahu bahwa ketua yayasan tempatnya mengajar kembali mengajukan diri sebagai anggota DPD, ya sudah suara saya buat dia saja.

Kemudian untuk DPRD provinsi , beberapa waktu yang lalu (malah H-1) ada yang mengirim pesan mohon dipilih katanya. Dia adalah putera dari pemilik yayasan tempat putera saya menimba ilmu. Baiklah atas susah payahnya memperkenalkan diri,sayapun memilih dia.

Dan terakhir untuk DPRD tingkat 2 saya memberikan suara pada suatu partai(tanpa melihat daftar caleg) saya coblos nomornya saja.

Saya saja perlu waktu lama untuk menimbang dan memilih. Bolak-balik melihat foto caleg dan berharap ada yang saya kenali.

Bisa anda bayangkan bagaimana Ibu mertua saya? Untuk menulis nama di daftar absen saja dia minta tolong saya untuk menuliskan. Bagaimana dengan memilih caleg yang banyak. Kalau presiden sih dia takkan bergeming memilih pilihan yang sudah bikin dia jatuh cinta..

Nah untuk  caleg akhirnya dia melonggar. Adanya kader PKS yang door to door memperkenalkan nomor dan juga membidik nomornya, sukses diingat oleh Ibu mertua saya. Ah dari pada pusing ya sudah itu saja.

Dan itu ternyata terjadi pada Ibu-ibu yang lain, saat tak sengaja menguping Ibu-ibu saling bertanya sebelum memilih sampul melihat gambar kertas suara yang terpampang, terdengar kalimat dari salah satu mereka.

"Sudah yang nomor 8 aja kayak kata Bu RT,ini ni.."

Seorang anak (seusia Ibu mertua) menunjuk nomor partai untuk Ibunya yang renta. Ibunya mengangguk-angguk.

Saya saja yang mendapatkan masukkan sana sini kepala sempat naik turun lihat kanan dan kiri untuk melihat caleg,walopun pada akhirnya saya menerima masukkan yang ada.

Nah, apalagi Ibu mertua dan teman-temannya seangkatannya yang sudah Mendapat kunjungan perkenalan dari kader PKS. Di tengah kebingungan memilih angka 8 akhirnya seperti mempermudah mereka. Rata-rata mencoblos nomor bukan caleg seperti saran dari kader yang mempromosikan calegnya.

"Tos Weh coblos nomerna pami teu apal calegna mah!"

Yang artinya,sudah coblos saja nomornya kalau tak hapal calegnya.

Betul saja angka pemilih PKS cukup besar di daerah saya. Jadi PKS sukses Membisiki Ibu-ibu di sini.  Padahal ada balighonya besar bergambar caleg yang merupakan penduduk situ. Namun karena kurang sosialisasi jadinya ya begiti

Di balik daster yang sempat terpakai terbalik karena buru-buru,selesai satu tulisan ringan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun