Kalimat ampuh itu yang selalu saya lontarkan pada anak-anak saya jika mereka merengek ingin main gadget seperti teman-temannya.
Di saat yang lain sudah tak bisa dikendalikan keinginan untuk bermain gadget, alhamdulillah kedua anak saya masih bisa diajak bicara untuk menggunakan gadget.
Boleh menggunakan di hari Sabtu dan Minggu itupun hanya boleh paling lama satu jam. Sisanya saya usir mereka untuk bermain di luar.
Yang tak bisa dihindari adalah "Mabar" alias Main Bareng. Dan jika judulnya adalah menggunakan kuota maka saya tak berhenti- henti nya mengingatkan si cikal untuk menahan dirinya dan tidak jor- joran menggunakan kuota untuk Mabar.
Kebetulan di rumah saya tak memasang wi-fi. Untuk urusan kuota pun si cikal harus menyisihkan sendiri uang jajannya agar bisa dibelikan kuota seharga 25.000 rupiah untuk satu bulan. Dari awal saya menyatakan bahwa tidak ada dana untuk mengisi kuota dari saya karena bukan termasuk kebutuhan primernya.
Karena keharusan mengisi sendiri kuota itulah yang menyebabkan si sulung lebih berhemat dalam menggunakan kuota. Dia tahu bahwa kuota yang dimilikinya terbatas sehingga tak lama jika bermain.
Puteri kedua juga sama. Dari awal saya selalu bilang bahwa untuk bisa membuka film Puterinya Disney atau mainan bayi-an,maka harus berada di kawasan wi- fie. Ibunya tak punya kuota banyak. Paling kalau libur,ayahnya yang memberikan hot spots area agar dia bisa menonton di bawah pengawasan kami.
Sejauh ini mereka menurut asalkan kita sebagai orang tua memberi contoh dengan benar. Anak tak boleh main gadget tapi tangan kita tak lepas dari media Sosial ya sama juga bohong. Mereka melihat apa yang kita kerjakan.Â
Sebenarnya mereka hanya ingin menghabiskan waktu luang saja dari pada bengong. Maka Daripada bermain jari di gadget,jangan malas untuk mengajak mereka bermain. Permainan monopoli misalnya,mampu untuk membuat mereka asyik bermain hingga waktu lama.
Dan khusus untuk gadis kecil anak kedua saya, acara masak-memasak dan bermain boneka biasanya jadi acara rutin untuk menghindari gadget.