Ketika saya bertanya bedanya surat suara untuk DPRD, DPD, dan DPR mereka gelagapan sendiri. Saya tahu alasannya. Mereka hendak mensosialisasikan kader dan capres dan caleg pilihan partai mereka bukan masalah surat suara.Â
Semestinya karena mereka aparat warga, mereka netral dan benar-benar menerangkan semua surat suara. Namun karena mereka sepertinya termasuk kader militan dalam partainya dan dari pintu ke pintu meminta dukungan untuk partai mereka, maka ya begitulah jadinya.
Saya kok yakin bukan hanya di daerah perumahan saya saja ada yang meminta suara. Benar saja ketika saya iseng mebagi berita ini, teman saya yang memang kader partai tersebut mengaku jika diapun bergerak mengetuk satu pintu ke pintu lain seperti kedua ibu tadi. Salutlah pada usaha mereka, meski saya tak paham ini menyalahi aturan atau tidak.
Selepas mereka pergi tinggallah bapak mertua saya yang bolak-balik membuka surat-surat suara tadi, seperti sedang mempelajari. Tak lama dia bertanya.
"Kok paslon no 01 fotonya cuma bayangan sementara yang no 02 jelas?"
Di balik daster merah merona, selesailah satu tulisan ringan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H