Entahlah susah sekali suaminya mendapatkan pekerjaan. Ternyata laki-laki malah sulit mendapat tawaran pekerjaan tak seperti Mba Endang yang kalau terus dijalani tak sulit mendapatkan pekerjaan. Akhirnya Mba Endang terima nasib jadi tulang punggung keluarga.
Memang pekerjaan yang didapatkan tak jauh dari pekerjaan asisten rumah tangga sih katanya sambil tertawa.
Suatu kali sambil menyetrika dia pernah mengeluh.
"Kenapa ya teh hidup saya dari kecil susaaah terus. Kerjanya ikut ke orang terus? "Â
Sebelumnya dia bercerita saat gadis pernah bekerja sebagai melakikan bersih-bersih lantai bekas kotoran masakan di rumah makan padang. Setelah itu dia juga pernah menjadi asisten rumah tangga di keluarha tiongkok. Dan sebelum bekerja di rumah dia sempat bekerja juga di rumah Pak lurah katanya. Tapi saya tak tahu lurah daerah mana.
Atas pertanyaannya tadi saya tak berani menjawab hanya melempar senyum saat itu.
Nah, setelah mendengar pengakuannya yang berencana melanglang buana ke kota Malang saya tak bisa melarang. Saya hanya menyarankan pikirkan kelebihan dan kekurangannya jika dia jauh dari keluarga. Mungkin materi dapat lebih tapi kebahagiaan dengan anak bagaimana. Hmm, sambil memberi pandangan berkecamuk dalam hati saya , ini beneran tulus berpendapat  atau ingin mempengaruhi biar dia tak pilih pergi hihihi.
Dia pun tampak seperti berpikir. Tak lama dia curhat lagi.
"Teh, sebenarnya saya juga bingung ini PKH, kalau saya tak ada takutnya uangnya tak turun! "
"PKH, program keluarga harapan itu? Â Oh Mba dapat? "tanya saya.
Dia mengangguk lalu bercerita bahwa di tahun 2014 dia mendapat undangan dari Jakarta sebagai calon penerima PKH.