Pagi itu saya mengajak si cikal bermain bulu tangkis bersama sepupunya. Sudah lama saya sengaja membelikan raket buatnya. Saya ingin dia menyukai olahraga yang satu ini. Selain tidak ribet,juga bisa di mana saja.
Di masa kecil dulu tahun 90an, bulutangkis terlengkap termasuk olah raga merakyat. Kesuksesan Rudy Hartono , Susi Susanti dan Alan Budikusuma sempat membuat bulu tangkis menjadi olah raga favorit di kota dan desa.
Untuk yang berduit, bulutangkis bisa dimainkan menggunakan raket. Â Sayangnya jarang dari kami yang memiliki raket. Untuk menggantikan raket maka dibuatkanlah raket dari kayu sebagai pegangan dan triplek Sebagi penahan dan pemukul kok.Â
Untuk alat buatan ini permainannya bukan lagi bulutangkis namnya tapi permainan tok-tak. Alasannya karena setiap mengenai kok akan terdengar bunyi tok tak dari raket buatan.
Nah,jika raket dari kayu tak mampu dibuat karena bermasalah dengan dana maka piring seng biasanya jadi pilihan. Nah yang ini lebih rame lagi suaranya. Bukaan lagi tok tak tapi  trong trang .
Namun masih ada kasta yang lebih rendah lagi saudara-saudara yaitu mengganti raket bukn dengan kayu,bukaan dengan piring seng melainkan dengan sandal jepit yang sudah putus. Baiklah harus saya akui,saya pengguna yang terakhir itu. Itulah sebabnya saat kini saya memiliki rezeki,saya sengaja membelikan raket.Â
Sayangnya anak sekarang jarang yang bermain bulutangkis. Selain memang bukan olah raga yang dijagokan seperti sepak bola ,mungkin karena keterbatasan lahan bermain. Mau bermain di gang seperti saya dulu tentu sulit karena kini Berseliweran motor.
Padahal prestasi kita di bulutangkis belum padam. Jojo panen iklan karena jadi bintang Asin Games.Andaikan bulutangkis bisa menjadi permainan kesukaan anak-anak mungkin bisa muncul bakat-bakat baru dari ke gang-gang. Bukan dari tempat pelatihan yang harus bayar tiap kali latihan.
Sementara mereka bermain saya jadi pemain cadangan deh. Masih bisalah mengsmash bola meski sambil menggendong bayi .
Di balik daster kembali saya menyelesaikan satu tulisan .