"Siap Pak!" Agri mantap mengganguk.
" Tapi Bapak sambil ngirim kangkung-kangkung dulu seperti biasanya ya Nak?" Hendi meminta persetujuan. Sekali lagi Agri mengangguk.
Hendi mengeluarkan sepedanya. Berikat- ikat kangkung ditalikannya di kursi belakang. Sementara Agri akan duduk di depan. Nanti kalau kangkung-kangkunnya sudah berpindah Agri bisa pindah ke belakang.
Bapak dan anak itu kemudian terlihat melaju di atas sepeda. Menyusuri jalan desa dengan area persawahan di kanan-kiri kiri. Sesekali mengganggukkan kepala dan memperlihatkan senyum pada warga yang menyapa. Setelah itu mereka kembali melaju meninggalkan para penyapa yang masih merupakan tetangga-tetangganya .
Yang tak sempat mereka lihat adalah pandangan haru dari mereka yang disapa. Haru Mungkin melihat pemandangan Bapak dan putrinya berboncengan. Sebuah pemandangan yang terbilang langka.
Agri akhinya duduk di belakang. Semua kangkung sudah berpindah tangan. sepeda masih dikayuh pelan. Sembari bercanda tertawa sepanjang jalan tentunya.
Akhirnya tiba juga mereka di jalan raya. Hendi dan Agri turun dari sepeda.
" Wa,titip sepeda ya!" Sembari memarkirkan sepedanya Hendi meminta ijin pada pemilik warung tempat sepedanya parkir.
" Iya,mau kemana di?" Tanya orang yang dipanggil uwa tadi.
" Biasa wa!" Hanya Itu penjelasan yang keluar dari mulut Hendi.Â
Tanpa basa-basi lagi Hendi melangkah bersama putrinya mendekati jalan raya.