Saat menuliskan nama ini, Â saya tersenyum. Â Dia sahabat lama saya di masa bangku SMA yang susah tidur kalau di rumah, namun bisa mendengkur pulas jika di gunung. Maklum hobinya mendaki gunung.
Dia yang senyumnya manis dengan tahi lalat di bawah bibir dimana suara miliknya imut-imut sehingga bikin gemas yang mendengar dan melihat.
Dia yang kalau digoda teman maka akan mengeluarkan cubitan mautnya bikin meringis.
Suatu kali sepulangnya dari pendakian gunung dia pernah memberikan saya bunga edelweis. Saya jadi tahu seperti apa bunga itu. Hingga sekarang masih saya simpan.
Si petualang ini memilih menjadi Ibu rumah tangga kini. Dilepaskannya semua ego untuk berkarir demi kelangsungan masa depan kedua puterinya.
Meski kami sudah lama tak berjumpa, namun pertemuan Kami diwakili oleh paket cireng banyur yang akan dihantarkan lewat JNE.
Ya, saya memang berjualan cireng banyur D'kongres. Dan pengiriman cireng banyur ini telah sampai pada sahabat SMA saya.
Sekali dua kali pesan ternyata lidah saya cocok, lalu saya membeli banyak pada teman saya itu untuk dijual lagi. Pikir saya, kalau makanan itu enak maka pasti banyak peminatnya.
Untuk beberapa saat teman saya memasok cireng banyur tersebut. Seminggu sekali saya pesan sekitar 50 bungkus.