Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | [Luka] Kamu Sang Penerima Luka

10 November 2018   17:14 Diperbarui: 10 November 2018   17:42 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Itu apa didengkulmu? "tanya kamu padaku.

"Bekas luka jatuh dari sepeda! "jawabku polos.

Kamu menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau itu hitam-hitam di betismu? "tanyamu lagi menyelidik.

"Ini kena knalpot motor, ga sengaja ke senggol saat lewat! " aku masih cuek.

"Itu di jari telunjuk sebelah kanan kenapa lagi? "

" Ini luka karena sengaja keiris, maklum sedikit melamun, " aku mulai tak nyaman dengan pertanyaan memberondongmu.

"Lalu bagaimana sekarang?" melihat dari dekat banyak luka begini masih mau sama aku? "aku balik bertanya di pertemuan pertama kita.

Lewat dunia maya mana mungkin luka-luka ini terlihat.

"Ya masih lah, cuma nanya doang kan memastikan, lagian kamu cewek tapi banyak sekali luka di tubuh! "protesmu.

Aku hanya tertawa!

Setelah itu aku bercerita bagaimana tepatnya semua luka kudapat. Ya, aku memang tomboy . Kurang feminim sebagai perempuan.

Catatan lukaku banyak. Pasti terlihatnya tak sedap karena bekas luka-luka itu menghiasi kulit hitamku. Aku meragu apa iya kamu mau.

Tapi cinta kan tak sebatas luka. Toh katamu banyak hal lain yang kamu suka dariku.  Meski sudah banyak bekas luka dan tak manis untuk dilihat kamu tetap berjalan riang bersamaku melewati hari-hari.

Hitungan hari, bulan, dan tahun sudah terlewat. Kamu tak mempermasalahkan bekas lukaku. Namun kamu kadang iseng menjadikan bahan untuk menggoda saat kita bercanda. Aku mengartikannya sebagai Cinta

Ya, Tuhan memang menakdirkan kita berbeda.  Sebagai lelaki kulitmu lebih putih bersih dari aku. Nyaris tak ada bekas luka disekitar tubuhmu.

Ayah dan Ibumu menjaga betul dirimu. Keluarga hangat milikmu berhasil membesarkanmu dalam kasih sayang.

Tak seperti aku, Ibuku entah dimana, Ayahku tak jelas rimba. Aku besar di buaian Nenek tua yang untuk berjalan saja sulit. Mana bisa dia mengejarku yang tak bisa diam. Jadi itulah sebabnya kamu memahami penyebab semua luka ini.

Memang tak elok bekas luka itu menempel di kulit hitamku. aku,mandi berkali-kali tetap dicurigai belum menyentuh air. Sementara kamu,  tak mandi seharipun orang tak tahu saking bersihnya kulitmu.

Pada akhirnya memang kamu menunjukkan kesungguhan cintamu hingga di hari ini. Hari dimana ada luka lagi di tubuhku.

Bukan luka terjatuh dari sepeda, bukan luka terkena knalpot, bukan juga karena teriris pisau seperti dulu.

Luka kali ini lebih dahsyat. Rasanya pedih. Terjadi penurunan kesadaran beberapa jam sebelum dan sesudah luka menganga.

Kau memegang tanganku. Kaupun kecup keningku. Luka kali ini lebih dahsyat. 

Luka kali ini kamu tahu penyebabnya. Luka yang melintang dibawah perutku setelah beberapa menit lalu malaikat kecil ketiga kita lahir.

Bukan cuma menerima, tapi kamu minta maaf untuk luka kali ini. Karena kamu penyebabnya.

Akupun tertawa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun