Sedari awal, saya memang tak seyakin pertandingan lalu. Sempat meringis mengetahui akan melawan Jepang.Â
Jepang bukan negara sembarangan dalam hal sepak bola. Bukan cuma taraf Asia, tingkat duniapun sudah dijajal. Dan kerja keras merupakan budaya Jepang yang kita kenal. Pasti sulit mengalahkan Jepang.
Namun saya tetap optimis Indonesia mampu membungkam Jepang jika melihat cara bermainnya kemarin.Â
Sayang Jor-joran di pertandingan kemarin sepertinya masih membuat Indonesia lelah. Dengan tak bermainnya Egy karena cedera, dan Nurhidayat yang masih terkerangkeng kartu merah, maka pertandingan ini memang terasa berat.Â
Seperti tahu bahwa kemenangan bukan milik tim kesayangan emaknya, Â bayi dalam gendonganpun gagal terus untuk tidur.Â
Bagaikan ingin mengalihkan perhatian emaknya yang galau setelah melihat gol pertama, si mungil ini merengek minta gendong dan menjauhi tv.Â
Dan ketika hujan turun di babak kedua harapan saya terbit. Hmm.. Hujan adalah kekuatan kita. Orang Indonesia sudah biasa bermain bola ditengah hujan. Lapangan becek, dan tergenang air merupakan medan yang biasa ditemui. Yakinlah Indonesia akan menguasai pertandingan di tengah hujan.Â
Sayangnya Jepang ternyata biasa saja. Tidak tampak kerepotan meski kebasahan. Larinya tetap kencang meski banyak genangan. Hujan yang begitu derasnya malah membuat  Jepang menambah satu gol lagi. Ah. Punahlah sudah impian.Â
Bukan karena permainan Indonesia kali ini jelek jika kita kalah. Meski tak sekeren kemarin namun harus kita akui level bermain Jepang masih diatas kita. Â Setiap kali berduel memperebutkan bola Jepang lebih sering mampu mendapatkannya.Â
Ya, baru ingat kalau Jepang juga seperti kita, negara yang rawan bencana. Jangankan hujan deras seperti barusan. Gempa dan Tsunami juga mereka biasa hadapi. Dan mereka sudah memiliki persiapan dalam menghadapi setiap bencana.Â
Mereka hebat karena hidup di negara bencana. Maka hujan malam ini yang mereka lewati saat bertanding mungkin sudah biasa seperti kita.Â
Jadi, kekalahan malam ini tak perlu disesali apalagi ditangisi karena skor 2-0 nya. Namun tetap keberhasilan Indonesia mencapai 8 besar dengan susah payah dan bertanding di tanggal 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda menjadi sejarah yang bisa kita kenang.Â
Dihari ini dulu para pemuda berkumpul untuk mengikrarkan sumpah. Dan di hari ini kini para pemuda juga berkumpul satu hati satu tujuan memberi semangat kepada timnas Indonesia tak perduli suka dan agama mana semua bersatu di GBK.Â
Melihat permainannya sekarang meski saya hanya emak-emak biasa yang tak mengerti bola, saya kok yakin, tak lama lagi kita akan mampu memguasai sepak bola Asia. Masih perlu jam terbang.Â
Apapun hasilnya kami tetap mendukungmu wahai anak muda. Segeralah bangkit lagi dan kami sisap mendukung pertandingan lainnya nanti.Â
Tetesan hujan yang semakin menghujam bumi tidak perlu ditambahi air mata. Nikmati saja kesegarannya. Meski hujan melengkapi kekalahan kita malam ini namun kita berhasil bersatu malam ini seperti 90 tahun yang lalu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H