Lihatlah penampakkan di atas ini. Indah bukan? Ada induk burung berwarna kuning dekat sarangnya sepertinya dia baru saja memberi makan mungkin. Ada burung indah lain yang sedang bertengger di pohon rimbun dengan bunga bermekaran. Apakah ini lukisan di dinding?Â
Batang pohonnya lebih nampak sekarang. Di dekatnya nampak rerumputam dengan bunga ungu. Hmm.. Apa mungkin ini studio foto?Â
Sementara gambar bunga-bunga cantik berwarna putih dan ungu nampak menghiasi gambar pohon tadi. Ya, mungkin ini memang studio foto dengan back ground hutan mungkin.Â
Adalah Sarifudin sang pemilik warung yang kemudian memiliki ide untuk menghias warung kecilnya yang terletak di perumahan permata Hijau Blok A -55 Rancaekek kabupaten Bandung.Â
Selain alasan ingin membuat unik warungnya mungkin, bagi dia membuat gambar seperti ini sebetulnya tak sulit. Jauh sebelum dia berbisnis makanan burung, dia sebetulnya biasa bekerja sebagai pelukis kaca.Â
Banyak alasan tentunya. Dengan sisa uang jerih payahnya selama ini akhirnya dia memilih untuk berbisnis makanan burung.Â
Bukan tanpa alasan, karena selama ini dia memang memelihara burung. Sehingga sepertinya medan dagang sudah tergambar.Â
Tak mudah tentu mengawali suatu usaha. Apalagi kalau sebelumnya tak pernah berjualan. Omset awal perhari tak jauh dari 50 ribu saja.Â
Kok kecil nian ya, setelah menelisik ternyata dia bisa menjual makanan secara eceran.Beli jangkrik hanya 2000 atau 3000 saja pasti dilayani.Â
Selain jual pakan burung kemasan, jangkrik dan ulat, dia juga menjual makanan untuk ikan dan ayam. Dan jika ada waktu diapun menerima pembuatan sangkar burung juga.Â
Bahkan setelah beberapa bulan berjualan ternyata banyak pembeli yang mencari makanan kucing. Karena lebih dari satu dua yang membeli maka akhirnya makanan kucingpun disediakan juga.Â
Nah terkadang dia menyediakan bahan dagangan berdasarkan permintaan pasar.Â
Dan ternyata malah makanan kucing yang lebih cepat laku. Memang keimutan dan kelucuan kucing sepertinya lebih banyak diminati. Dari mulai anak-anak hingga kakek nenek jadi langganan pembeli makanan kucing.Â
Sebuah percakapan lucu terjadi di suatu pagi. Â Seorang pembeli hendak membeli makanan kucing. Karena tersedia dua varian. Sarifudin pun menawarkan.Â
"Mau yang bungkus merah apa biru bu? "tanyanya sambil menunjukkan kedua bungkus yang disebutkan
"Yang enak yang mana ya Pak? "si Ibu balik bertanya.Â
Pedagangpun bingung mau jawab apa. Sambil nyengir dia berkata.
"Wah saya ga tahu bu, soalnya belum pernah mencoba!"jawabnya sambil tersenyum.Â
Untung si Ibu balas tertawa. Nah loh kalau seperti itu bagaimana coba. Apa mungkin dia harus memiliki kucing sebagai testimoni?
Penjual makanan burung sebaiknya mengerti juga dunia burung. Mengapa? Karena tak jarang yang beli curhat. Nah, mau tak mau Sarifudinpun jadi belajar membaca lagi lewat internet.Â
Tapi paling tidak karena dia juga suka dan memelihara burung, beberapa kasus yang pernah menimpa burungnya dia jadikan pengetahuan yang dibagi dengan konsumennya. Curhatan pembelipun dilayani, laksana dokter yang sedang memeriksa pasiennya.Â
Omsetnya merangkak naik. Orang-orang sudah mulai mengenal warungnya. Terkadang meski tutup karena sudah malam, para pencinta burung atau kucing garis keras, Â tak segan mengetuk pintu dan memaksa untuk dilayani. Mereka tak kuasa jika harus melihat peliharaannya menderita mungkin.Â
Untunglah warung Sarifudin ini bersatu dengan rumah jadi tak masalah jika pembeli tak sabar menanti esok hari. Paling acara makan atau mandinya saat tutup warung sedikit terganggu.Â
Bisnis makanan hewan sepertinya memang menjanjikan. Karena ternyata banyak ragam dan jenis yang bisa ditawarkan. Andai punya modal besar, tentu dia akan memperbesar usaha katanya.Â
Begitulah pencinta burung yang merupakan mantan pelukis kaca dengan bisnis jual pakan hewannya. Jika kita mencintai pekerjaan, maka penghasilan menjadi sebuah bonus saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H