Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Membaca Itu di TK Apa SD?

2 Oktober 2018   19:48 Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:52 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurikulum TK. Dokumen pribadi

Masih tergambar dalam memori saya saat dengan keras membaca bersama-sama kalimat
Ini Budi
Ini Bapak Budi
Ini Ibu Budi

Beberapa diantara kalian yang seumuran saya, pasti sama. Kita belajar membaca di bangku Sekolah Dasar kelas 1.

Guru SD kita berjuang keras tentunya membantu kita agar bisa membaca dan menulis. Jadi ingin memeluk guru SD saya nih.

Zaman dulu sekolah Taman Kanak-kanak atau TK belum jadi pilihan. Hanya anak-anak dari orang tua yang berkantung lebih yang memasukkan anaknya ke TK. Namun toh masuk atau tidak ke TK dulu tak jadi masalah di masa lalu karena memang tugas guru SDlah mengajarkan membaca dan menulis.

Saya masih berpikir kinipun sama. Meski memang saya memasukkan buah hati ke TK, semata hanyalah mengajarkan dia bersosialisasi serta bermain. 

Taman kanak-kanak, yang kurang lebih taman memiliki makna teman bermain anak bukan belajar.

Tak pernah berpikir kalau anak saya akan belajar membaca dan menulis.  Sampai suatu ketika anak saya membawa PR ke rumah.

Ah saya pikir paling PRnya menempel atau mewarnai. Ternyata setelah saya buka, PRnya adalah menulis abjad sehalaman penuh. Kagetlah saya. Loh kok anak TK sudah diberi PR menulis. Jangan-jangan dia sudah diberi PR membaca juga? Pikir saya.

Esoknya saya pergi menemui gurunya di sekolah untuk mengkonfirmasi. Bukannya saya yang kaget akan pemberian PR menulis, malah Bu gurunya yang tak percaya saya protes anak diberi tugas menulis.

"Loh, kan Bu, tahun depan anaknya akan masuk SD, tentu anak ibu harus kami bekali dengan kemampuan membaca dan menulis! "begitu kata bu gurunya sambil tersenyum.

"Oalah, ya enggak usah lah Bu, biar nanti SD saja dia belajar membaca dan menulis, saya ingin anak saya hanya bermain saja di TK, jikapun Ibu ingin mengajarinya mengenal hurup, tak usah diajarkan menulis karena belum saatnya! "ujar saya perlahan takut menyinggung Ibu guru.

"Wah, baru kali ini ada orang tua yang protes anaknya diajarkan membaca bu, orang tua yang lain malah membebani kami untuk mengajarkan anaknya membaca dan menulis, karena mereka malu jika anaknya belum bisa membaca dan menulis saat SD !"Bu guru menjelaskan dengan gamblang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun