Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asi untuk Miyuni

1 Oktober 2016   19:20 Diperbarui: 1 Oktober 2016   19:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Asi adalah nutrisi terbaik untuk bayi. Dokumen pribadi"][/caption]

Aku tahu asi adalah makanan terbaik yang diciptakan Tuhan untuk bayi. Bayi dan ASI adalah satu paket. Tidak ada alasan apapun yang bisa menggantikan asi. ASI adalah hak semua bayi di muka bumi ini. Maka untuk putriku Miyuni Kembang, akan kupersembahkan ASI.

Namun kenyataan tak semudah harapan. Hingga hari ketiga ASI yang ditunggu -tunggu belum juga keluar. Tangisan Miyu kecil kerap membuatku panik. Belum lagi tanggapan orang-orang di sekitar yang karena tak tega melihat Miyu menangis lalu menyarankan segera memberi sufor saat tahu ASIku belum lancar.

Tepat seminggu dari kelahirannya, saat kami baru saja melaksanakan aqiqah. Kulit Miyu terlihat menguning. Bahkan matanya juga terlihat kuning. Tanpa Ba bi bu aku dan suaminya membawanya ke rumah sakit.

Dokter anak yang memeriksanya menyatakan bahwa Miyu memang terkena sakit kuning. Untuk memastikannya darah miyupun dicek dan ya kadarnya cukup tinggi sehingga dokter mengultimatum Miyu untuk ditinggalkan di rumah sakit agar dapat terapi Sinar.

Aku kontan menangis tersedu-sedu.Baru saja ASI keluar tapi kami harus berpisah. Yang aku tahu dari referensi yang kudapat ASI akan semakin deras jika sedotan mulut bayi baik dan begitu juga pelekatan benar.
Jika kami berpisah, proses penyedotan ASI akan berhenti beberapa hari karena agar penyinaran baik, maka bayi harus berada dalam tabung penyinaran dengan jangka waktu yang lama. Bayi akan dikeluarkan saat tiba waktu menyusui saja.

Setelah dokter memberitahukan bahwa ASI yang diberikan bisa dalam bentuk ASI perahan maka akupun merelakan Miyu menginap. Pikirku berarti nanti aku tinggal memompa ASI dirumah lalu nanti di kirimkan ke rumah sakit.

Sebelum meninggalkannya di rumah sakit Akupun coba memerah ASI untuk malam itu. Tanpa membawa alat pemompa aku coba memerah ASI menggunakan tangan dan langsung kupindahkan ke botol yang aku pinjam dari rumah sakit.

Harapanku bisa meninggalkan sebotol ASI untuk Miyu Sirna ketika kulihat hanya beberapa tetes ASI yang keluar. Sementara disekitarku berderet pula Ibu-ibu yang sedang memerah ASI menggunakan berbagai jenis alat pompa dari yang manual hingga yang elektrik.

Nyaliku langsung ciut melihat keberhasilan mereka dalam mengumpulkan ASIP. Ada yang bahkan sanggup hingga beberapa botol. Sementara aku untuk dapat 1 mL saja susahnya luar biasa.

Akhirnya kuputuskan untuk menginap di rumah sakit malam itu. Karena Anak pertamaku sakit, maka kubiarkan suamiku pulang dan aku sendirian di rumah sakit.Pesimis bisa mengumpulkan ASIP membuatku memutuskan memberikan ASI langsung pada Miyu. Setiap 2 jam sekali bayi akan di beri susu. Jika bayi yang lain tinggal menyedot dari botol, maka Miyu langsung dari ibunya.

Saat Miyu sudah kembali ke ruangan, Akupun harus mencari tempat untuk memejamkan mata hingga waktu menyusui kembali tiba. Untunglah ada di kursi tunggu. Hawa malam yang dingin kuabaikan. Aku berusaha tidur.

Karena memang tak nyaman, maka tidurkupun tak lelap. Sesekali aku terbangun dan melihat jam. Khawatir jadwal menyusui terlewatkan. Ketika tepat dua jam maka Akupun mendatangi ruangan bayi. Kadang Miyu masih terlelap sehingga Akupun terantuk-kantuk kembali di ruangan menyusui.

Dua malam terlewati tanpa kasur empuk dan kehangatan rumah. Tapi aku tak ingin mengeluh yang penting Miyu terus mendapatkan pasokan ASI dan ASIKupun akan terus mengalir.

Di hari ke tiga Miyupun sudah boleh pulang. Kebahagiaan dan harapan terus memberikan ASI membuatku semangat untuk melewati hari-hari cuti sebelum akhirnya aku kembali bekerja.

Agar proses pemberian ASI lancar hingga 6 bulan. Akupun mencari informasi ASI sana-sini. Sebelum tiba masa masuk kerja aku harus sudah menyiapkan ASIP yang akan menggantikan pemberian ASI langsung.
Proses memerah dan menyimpan ASIpun ternyata tak mudah. Ketika selesai menyusui kadang lelah untuk memerah inginnya ikut tertidur bersama Miyu. Lalu seringkali sengaja memilih tengah malam untuk memerah ASI agar tak mengganggu Miyu.

Namun godaan untuk tidur tetap menghantui. Atau saat subuh dimana ASI sedang melimpah-limpahnya, meski masih terantuk-kantuk tapi tetap kupaksakan diri untuk Memerah setetes demi setetes ASi yang keluar. Semakin terbiasa memerah semakin banyak volume ASI yang didapatkan.

Tibalah masanya masuk kerja. Hatiku tak gundah karena ASIP telah siap di freezer. Beberapa botol dan dotnya sudah disiapkan. Sebelum pergi standar operasi pemberian ASIP telah kusampaikan pada Ibu mertuaku.
Satu hari, dua hari tak ada masalahnya.

Di hari ketiga ada keanehan terjadi, menjelang tidur saat kutawari menyusui langsung Miyu menangis dan menolaknya. Akupun panik. Sambil memenangkannya aku mencari informasi apa yang terjadi .Setelah ku analisis ternyata Miyu terdampak "bingung puting" keadaan dimana dia kebingungan membedakan cara menyedot dot dan puting. Dia memperlakukan puting laksana dot. Namun karena tidak ada ASI yang keluar diapun marah dan tak sabar.

Berdasarkan informasi yang kudapatkan dari sebuah grup Ibu menyusui di media sosial yaitu Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia atau lebih dikenal AIMI ternyata menyedot ASI lewat dot itu sangat mudah. Tinggal menggerakkan sedikit mulut maka susupun keluar. Sementara pada penyedotan lewat puting Ibunya ada gerakan otot dari mulut sang bayi yang akan terus merangsang ASI supaya mengalir terus.

Sadar akan kesalahan fatal ini, Akupun membuang semua dot yang sudah dibeli. Untuk mempermudah pemberian ASIP Akupun menggunakan media pipet. Proses pemberianyapun tentu tidaklah mudah. Aku sengaja meliburkan diri demi membiasakan proses ini.

Alhamdulillah Ibu mertuaku mau mencoba memberikan ASIP dengan cara ini. Meski sungguh sebenarnya tak enak harus menambah berat prosedural pemberian ASIP. Syukurlah beliau mau mengerti .

Masalah bingung puting teratasi. Akupun bisa bernafas lega. Semangatku untuk tetap mempersembahkan ASI semakin menggelora. Sebenarnya waktu kerjaku sebentar hanya dari jam 3 sampai jam 6 sore .Namun rumahku berjarak lebih dari 20 kilometeran dari kota Bandung. Perlu 2 jam perjalanan menuju Bandung.

Kalau pergi lebih dari satu jam, maka aku terbiasa untuk membawa botol untuk menampung ASI. Karena aku sudah lihai menggunakan tangan saat memerah, maka aku tak perlu berat -berat membawa alat pompa ASI.
Memerah ASI di luar rumah lebih seru lagi. Karena tempat kerjaku belum menyediakan ruang khusus untuk Ibu memerah ASI, maka aku memerah ASI di toilet. Setiap 30 menit sekali aku rutin memerah ASI. Meskipun sedikit-sedikit namun berusaha kukumpulkan.

Yang masih terbayang di ingatanku adalah saat harus memerah ASI di angkutan travel. Biasanya aku memilih posisi duduk di barisan paling belakang karena posisi itu jarang penuh. Dan Alhamdulillahnya kalaupun ada penumpang kebetulan selalu wanita. Sehingga aku tak pernah kerepotan, saat minta maaf jika terganggu dengan aktifitasku, mereka hanya tersenyum bahkan tak jarang seperti tak percaya melihat Ibu yang mau bersusah payah memerah ASI di angkutan Travel.

Pernah suatu kali mobil yang kunaiki melewati jalan berlubang sehingga aku terjungkal dan ASI yang kukumpulkan tumpah tak bersisa. Aduuuh rasanya aku ingin menangis sekeras -kerasnya saat itu.

Di bulan ke empat ada masalah baru yang harus kuhadapi. Kenaikan berat badannya hanya sedikit. Dan memang baru kusadari kenaikan berat badan Miyu tiap bulan hanya beberapa gram

Seorang tenaga medis yang kudatangi selain menyatakan bahwa Miyu tidak mengalami kenaikan berat badan yang signifikan, diapun bertanya seperti ini.
"Ibu berapa mL ASI yang biasa ibu pompa? "
"yah..80 mL ada kali ," jawabku bangga.
"Ya ampun itu berarti ASI ini sedikit sekali. Pantas bayi Ibu susah mengalami kenaikan berat Badan. Udahlah Bu tambahin sufor Ya biar bayi Ibu gendut, " pernyataan tak terlupakan yang langsung membuatku sakit hati.

Kepercayaan diriku untuk memberi kembali ASI nyaris luntur andai suamiku tak memberikan semangat . Aku ingat betul dia berkata.

"Yang penting kamu sudah berusaha memberikan ASI semaksimal mungkin. Masalah hasil, Tuhanlah yang menentukan. Mungkin memang banyak ASImu tak seperti standar yang diharapkan. Tapi bukan berarti tak cukup. Lihatlah Miyu sehat, tak rewel, mungkin buat Miyu ASImu cukup. "

Pernyataan bijak suamiku menguatkan kembali tekad memberi ASI. Jika memang asupannya kurang selama ini, Akupun berusaha menambahkan lagi pemberian ASIP diluar jadwal menyusui dan jadwal pemberian ASIP biasanya. Akupun semakin giat memerah dan memerah ASI untuk menambah asupannya. Dan Asi itu semakin dikeluarkan semakin diproduksi lagi.

Alhamdulillah meski tak sebanyak standar ditetapkan,  setelah sebulan berat badan Miyu mengalami kenaikan  seperti yang diharapkan. Badan Miyu yang semula memang kecil lambat laun mulai berisi.

6 bulan sudah terlewati, dan Miyupun sudah boleh mendapatkan Makanan Pendamping Asi alias MPASI. Setelah mendapat MPASI aku tak lagi menyediakan ASI tambahan. MPASI kubuat sendiri bukan yang instans. Dengan memperhatikan kadar gizi yang dibutuhkan , berat badan Miyu malah semakin meningkat.

Kini Miyu telah berusia 2 tahun lebih. Jatuh bangun memberikan ASI membuatku belum sempurna untuk menyapihnya. Menyusui bukan hanya sekedar memberikan nutrisi namun ikatan antara Ibu dan anaklah yang tak pernah tergantikan. Kehangatan saat kulit dan kulit beradu. Kemanjaaan saat tatap mata kami beradu, dan kegelian saat jari kemari Miyu mengusap wajahku rasanya masih ingin kunikmati.

Meski ilmuku tak banyak, aku tak segan memberi pencerahan tentang ASI pada kawan-kawanku yang sedang menantikan kelahiran jabang bayinya. Sengaja kupilih mereka yang akan melahirkan agar tidak terlambat.Kuceritakan kisahku untuk memotivasi mereka.

Hasilnya, aku sering jadi pemotivator ASI kagetan. Teman-temankupun banyak yang bertanya mengenai pemberian ASi.Mungkin mereka pernah melihatku bersusah payah memerah ASI dikantor.
 Untuk beberapa hal yang sulit kujawab biasanya aku harus mengintip dulu ke file yang dimiliki AIMI. Atau kusarankan mereka bergabung agar info yang didapatkan lebih lengkap.

Semoga semakin banyak bayi yang akan mendapatkan kembali hak ASInya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun