Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#BahagiaDiRumah Karya Ibu Broken Home

27 Mei 2016   13:23 Diperbarui: 27 Mei 2016   22:34 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. Nova"][/caption]Mereka adalah orang-orang yang tak henti-hentinya menyuplai #bahagiadirumah untuk saya. Keberadaan mereka membuat saya betah di rumah meski harus berkutat dengan tumpukan pakaian kotor, bergelut dengan piring bernoda dan terjebak di dapur demi membuat makanan untuk mengisi perut mereka yang tak pernah kenyang.

Mari saya perkenalkan mereka satu persatu. Personil tertua yang tampak di foto itu adalah suami saya tercinta. Siapa sangka Ayah yang penuh kehangatan ini dulunya sangat rock n' roll karena berambut gondrong dan selalu bercelana jeans bolong.

Meski sering diusir oleh Nenek saat apel malam minggu namun dia tak pernah lelah untuk datang kembali minggu berikutnya. Tak henti-hentinya Nenek beristigfhar setiap dia bertandang. Perlu waktu 6 tahun untuk meyakinkan beliau agar mau merelakan cucunya tercinta yang telah diasuh semenjak balita ini untuk dinikahi oleh seorang pemuda yang menurutnya bermasa depan suram.

Saya memang dibesarkan oleh Nenek. Orang tua saya bercerai saat saya 3 tahun.Ketakutan terbesar saya saat berumah tangga adalah saya tidak becus mengurus rumah tangga. Ditinggalkan orang tua saat balita membuat saya kehilangan sosok Ibu sebagai istri sekaligus penguasa isi rumah.

Namun Allah maha adil , saya yang terlanjur menjadi produk broken home dipertemukan dengan suami yang besar oleh belaian kasih sayang orang tua sehingga makna kasih sayang saya pelajari dari caranya menyayangi saya.

[caption caption="Penyuplai bahagia di rumah dok. Pri"]

[/caption]Memang tampang suami saya kini tak sekeren dulu saat kami bertemu. Mungkin sengatan matahari dan terpaan debu membuat kegantenganya berkurang beberapa derajat. Senyum manisnya kini makin jarang terlihat. Sepertinya beban pekerjaan yang menumpuk membuat hari-harinya lebih berat untuk dilewati. Keromantisanya menurun drastis dibanding saat pertama kali menyatakan " I love you" .Maklum saya harus bersaing ketat dengan kedua buah hati kami yang mengemaskan.

Kata orang kita akan berjodoh dengan seseorang yang karakternya akan berkebalikan dengan kita. Sepertinya itu terbukti pada kami. Suami saya orangnya rapih.Barang yang akan dia simpan selalu dirapihkan terlebih dahulu .Contoh kecilnya menyimpan lembaran uang. Meski nominalnya cuma dua ribuan misalnya tapi dia selalu melipat uangnya sebelum dimasukkan ke dalam saku.

Maka jangan heran kalau kejahatan saya saat mengutil uang barang selembar dua lembar pasti ketahuan karena lipatan uangnya menjadi amburadul. Kerapihan memang bukan sifat bawaan orok saya. Saya sangat ahli mengacak-acak barang tapi sangat payah dalam hal merapihkan.

Selain rapih , suami saya juga orangnya tertib dan teratur. Saat dia menyimpan barang maka tempat penyimpanannya selalu tetap sehingga dia tidak pernah kesulitan mencari barang yang dia butuhkan. Tidak pernah tercatat dalam sejarah rumah tangga kami peristiwa dia lupa menyimpan sesuatu. Sementara itu sebaliknya jejak rekam saya sebagai istri pelupa sudah tak terhitung.

Meski suami saya sering mengingatkan untuk selalu melakukan penyimpanan barang pada tempat yang sama dan dilarang keras melakukan pekerjaan lain sebelum barang benar -benar tersimpan. Namun alasan terburu-buru selalu nenjadi jebakan lupa untuk saya. Alhasil saya sering kehilangan handphone atau dompet.

Selain rapih,tertib dan teratur suami saya juga orangnya perfeksionis. Dia perhatikan betul setiap detail pekerjaanya sehingga hasilnya selalu sempurna meskipun harus makan waktu lama. Sementara saya selalu gerasak gerusuk kalau mengerjakan sesuatu . Saya inginnya cepat beres namun hasilnya amburadul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun