Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Kimia

Seorang suka ngajarin kimia, demen nulis , plus hobi bikin konten

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dengan LPS Tabungan Beres

16 Mei 2016   23:50 Diperbarui: 17 Mei 2016   00:00 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Pemandangan indah di awal bulan dokumen pribadi"][/caption]

Saat yang membahagiakan bagi para ibu seperti saya adalah saat suami gajian di awal bulan. Terbayang indahnya pemandangan saat setumpuk uang tiba dengan selamat dan sentosa di tangan saya. Untuk beberapa saat mata saya akan berbinar-binar dibuatnya.
Sebagai ratu rumah tangga sekaligus bendahara abadi saya harus piawai mengatur aliran dana . Urusan ngatur duit itu ternyata sungguh sulit. Dari mulai bayar kreditan rumah sampai kreditan panci. Sudah beli kebutuhan sebulan ternyata masih ada juga kebutuhan sehari-hari.

Hasrat hati ingin menabung jika ada sisa. Apa daya uang yang ada tak pernah bersisa. Kalau sudah begitu endingnya adalah saya hanya bisa garuk-garuk kepala . Apalagi jika tanggal gajian berikutnya yang masih jauh. Sementara dompet sudah nyaris tak berpenghuni. Akhirnya terpaksa meminta suntikan dana tambahan dari suami meski dia bilang rela namun senyumnya mengatakan tidak karena jatah operasionalnya harus terpotong.

Seperti mendapat durian runtuh rasanya saat tahu kompasiana mengadakan nangkring bersama LPS di brooklyn cafe Bandung tanhgal 16 April 2016.Judul acara nangkring yang berbunyi, "merencanakan keuangan yang baik untuk masa depan "rasanya gue banget. Sedangkan LPS sendiri sejauh ini baru saya tahu lewat stiker yang tertempel di kaca bank. Dan kalau dites saya hapal kepanjangan LPS yaitu Lembaga Penjamin Simpanan. Tanpa pikir lama sayapun mendaftarkan diri sebagai peserta.

Ini adalah kali pertama saya mengikuti kegiatan kopdar kompasiana. Sebagai anak bawang saya duduk manis di kursi depan berharap apa yang disampaikan bisa langsung saya fahami serta amalkan.

[caption caption="Emak-emak kepo sumber:ikhwanul halim"]

[/caption]

Cuap -cuap manis sebagai pembuka dari Mba Puti sebagai pembawa acara memberi kesegaran tersendiri sebelum akhirnya para pembicara utama ditemani naik ke atas pentas ditemani mas Iskandar Zulkarnaen. 


Adalah Bu Novrita yang mengawali pembicaraan seputar pengelolaan keuangan.Menurut beliau setiap bulan kita perlu menulis semua daftar kebutuhan. Setelah itu kita harus mampu menyaring mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya keinginan belaka. Mengapa demikian? karena sepertinya berapapun gaji kita takkan pernah cukup kalau kita tidak mampu memilah dan memilih mana yang merupakan kebutuhan mana yang merupakan keinginan. Keinginan itukan tak tehingga. Selama uang masih dikandung badan selama itupula keinginan takkan terpuaskan.

Hmm.. .sepertinya itu yang belum pernah saya lakukan selama ini. Saya tidak pernah mencatat daftar kebutuhan.Kalau memang ingin dan uang ada maka barang yang tak pentingpun pasti berhasil digenggam. 


Bulan lalu tanpa direncana saya memborong daster cuma gara-gara tukang dagangnya obral rayuan bahwa daster merek syahrini yang saya beli bisa bikin suami lupa diri. Sayangnya setelah dipakai bukan memuji suami saya justru menertawakan warna dan potongannya yang menurutnya norak.Sedihnya lagi baru sekali pake daster yang terlalu ngepas di badan itu susah dibuka dan nyangkut di ketek hingga akhirnya robek.
 Akhirnya lembaran uang merah itu terbuang sia-sia selain ketidakmampuan membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan plus terlewatkannya proses pencatatan kebutuhan.

Setelah perencanaan dibuat Bu Novrita menyarankan untuk mencatat kembali uang yang sudah dukeluarkan . Dari situ kita bisa mengevaluasi bagian mana yang kira-kira bisa dikurangi di bulan berikutnya. 


Sayapun menepuk jidat. Kenapa tak pernah kepikiran untuk melakukan itu. Berbekal memori di kepala memang sulit mengingat sudah membeli apa saja sebulan ini. Seperti amnesia malah sudah mengeluarkan apa saja. Baru sadar kalau dah tak ada uang di tangan. Ternyata pencatatan uang yang sudah dikeluarkan wajib dilakukan.

Yang tak kalah penting yang harus ibu-ibu perhatikan dalam mengatur keuangan menurut Bu Novrita adalah bahwa tagihan alias hutang hanya boleh 30% saja dari total pendapatan. 


Sayapun terperanjat. Waduh ,sebenarmya tagihan resmi yang keluarga kami miliki seperti cicilan rumah atau spp bulanan anak masih dalam batas aman. Hanya saja tagihan tidak resmi seperti kreditan panci barang elektronik hingga baju seragam arisan yang meski cicilanya tak seberapa namun setelah diitung-itung ternyata melampaui angka tagihan resmi. Sepertinya saya harus segera bertobat sebelum semua terlambat. Jika dibiarkan maka bisa membuat keuangan kita tak sehat .

Satu lagi yang bu Novrita katakan yang sepertinya harus saya amini. Kegagalan saya dalam menabung ternyata karena kebiasaan saya yang berniat menabung jika ada sisa. Haloo!sampai kapanpun kita tak akan punya sisa. Selama ada uang ditangan selama itulah ada hasrat untuk membelanjakan. Jadi yang bener itu ternyata kita harus memisahkan dulu 10% untuk ditabung. Setelah itu baru kita membelanjakan sisanya untuk memenuhi kebutuhan satu bulan.

Bu Novrita mengingatkan kalau menabung bukanlah suatu hal yang alamiah buat kebanyakan kita maka diperlukan KOMITMEN. Pantesan saya tak pernah sukses menabung. Kalau ngomongin masalah nabung saya bukannya tak pernah berusaha. Tuh di rumah ada lebih dari satu celengan yang saya punya dari mulai bahan plastik ,keramik sampai kaleng. Namun nasib mereka semua sama di mutilasi sebelum penuh dengan alasan kepepet beli ini itu. Padahal uang tabungan bisa membantu kita kelak di masa depan.

 

[caption caption="Celengan termutilasi sumber:Arleyandtahnee.wordpress.com"]

[/caption]
Saya mencoba mencerna lagi kalimat Bu Novrita yang menyatakan kalau kita ingin membeli sesuatu yang harganya tak terjangkau dengan uang gajian maka kita bisa memenuhinya dengan menabung. Kita tinggal memperhitungkan berapa yang harus disisihkan untuk mencapai tujuan. Mungkin begini yah.. Semisal nih saya pengen beli mobil yang harganya 60 jutaan. Kalau kita ingin membelinya 5 tahun mendatang maka kita perlu menyisihkan 12 juta pertahun alias 1 juta perbulan.

Pertanyaan selanjutnya yang terlintas dibenak saya adalah dimana sebaiknya saya menyimpan uang?sepertinya menyimpang uang dicelengan sudah tak bisa lagi saya andalkan mengingat tingkat kegagalannya cukup tinggi. Apa menyimpannya di balik baju daleman seperti nenek di jaman duhulu kala? Atau menyembunyikan di balik bantal seperti yang biasa Ibu lakukan?Modus seperti itu jelas sudah tidak aman. Kasus kebakaran atau kebanjiran bisa terjadi kapan saja. Belum lagi kalau rumah kita kebobolan maling .Bahkan meski sudah serba canggih seperti ini di kampung sebelah berhembus kabar penggondolan uang oleh tuyul piaraan. Hiii.. ..Selain serem kalau memang beneran repot juga kalau menimpa kita soalnya bingung enggak bisa membuat laporan ke polisi.

Sebenarnya saya sepakat dengan Bu Novrita untuk menyimpan uang di bank. Namun berita bangkrutnya beberapa bank di tahun 1998 sempat melunturkan kepercayaan saya pada bank. Sempat miris juga melihat berita di tv betapa histerisnya seorang ibu-ibu yang uangnya tersimpan di bank tersebut dan tak jelas harus kemanamiemintanya

Sepertinya kehadiran Bapak Samsu Adi nugroho menyempurnakan pembicaraan hari itu. Beliau membeberkan sejarah berdirinya LPS. Berawal dari peristiwa tumbangnya banyak bank di tahun 1998 dimana dana yang harus dibayarkan pemerintah tak terhitung jumlahnya maka di dirikanlah sebuah lembaga berlabel LPS yang bertugas melindungi dan akan mengganti simpanan nasabah yang mempercayakan uangnya untuk disimpan di bank tersebut. Ketika bank tempat menyimpan uang mereka mengalami kebangkrutan kita tak menangis bombay semalaman apalagi sampai stres tak karuan karna LPS siap mengganti uang kita.

Dari mana kira-kira dana yang akan di berikan pada nasabah? Jangan jangan dari uang simpanan kita sendiri selidik saya curiga. Pak Samsu menjelaskankan bahwa sebagai modal awal pemerintah memberikan rp 4 triliun. Kemudian setiap bank wajib menyetor 0,2% dari total simpanan dan hasil pengembangan akumulasi premi. Jawaban ini melegakan emak-emak yang bawaanya curigaan seperti saya.

Nah, LPS menjamin simpanan pada semua bank konvensional dan bank syariah yang beropersi di wilayah Republik Indonesia seperti bank asing, bank campuran, bank swasta nasional, bank pembangunan daerah dan Bank Perkreditan rakyat (BPR) begitu pula vallas. Namun ada syarat yang harus ditaati oleh mereka yaitu bunga bank umum tidak melebihi angka 7,5% sementara BPR bunga yang diberikannya tidak melebihi angka 9,25 %.Dana Vallas hanya boleh mematok angka 1% saja.

Angka yang dijamin oleh LPS untuk di berikan cukup besar maksimal sebanyak dua milyar. Nilai simpanan tersebut meliputi pokok ditambah bunga atau pokok bagi hasil yang telah menjadi nasabah banknsyariah. Jika uang yang kita simpan melebihi angka tersebut maka sisa dana kita akan dibayar setelah proses penjualan aset bank selesai. Mendengar kata dua milyar membuat mulut saya menganga  seumur-umur belum pernah kayaknya megang uang sebanyak itu. Megang seratus ribuan aja mimisan apalagi dua milyar.

Meski saya bukan bank lovers tapi cantik -cantik begini saya punya lah tabungan di beberapa bank (walau nasib mereka kini ga jelas karena jarang saya isi) selain tabungan adakah lain produk yang dijamin LPS? Oh ternyata produk bank yang dijamin oleh LPS bukan cuma tabungan sister...ada juga giro, deposito, sertifikat dan bentuk lain yang dipersamakan dengan simpanan. Sementara untuk jenis simpanan yanh dijamin oleh LPS untuk bank syariah adalah giro wadiah, giro mudharabah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan simpanan berdasarkan prinsip syariah lainnya yang telah mendapatkan persetujuan dari lembaga pengawas perbankan.

Saya jadi mikir lagi, adakah syarat yang harus dipenuhi agar simpanan kita diganti? dari penuturan pak Samsu sebetulnya syaratnya mudah sekali loh asalkan simpanan kita harus tercatat dalam pembukuan bank. Nah sebaiknya kita rajin ngeprint buku tabungan kita satu bulan sekali.udah gitu jangan terbuai oleh bunga besar yang dijanjikan oleh suatu bank yah! Jika memang besaran bunga melebihi angka yang ditetapkan jangan mau deh nabung di bank itu.

Yang tak kalah penting kita tidak melakukan tindakan yang merugikan bank misalnya nih pinjam uang terus macet pas bayar di bank itu. Sampai kapanpun catatan hutang itu takkan pernah hilang dan jadi jejak buram untuk urusan perbankan kita.

Kalau kita sudah melakukan semua hal sesuai aturan diatas jika tejadi seseuatu dengan bank tempat kita menyimpan uang kita tinggal menunggu pembayaran dari LPS melalui bank yng ditunjuk selambat-lambatnya 90 hari kerja sejak izin isaha bank dicabut.

Duet maut Bu Novrita dan Pak Samsu membawa angin segar untuk saya. Dengan hati senang dan riang saya kembali menuju rumah dan berniat untuk mengamalkan ilnu keuangan dari Bu Novrita. Di sisi lain penjelasan gamblang dari Pak Samsu mengikis kekhawatiran saya tentang keamanan uang simpanan di bank.Saya harus bisa mengatur keuangan agar masa depan menjadi baik.

Sebelum pulang saya camkan baik-baik 3T yang menjadi syarat simpanan kita diganti yaitu ,Tercatat dalam pembukuan bank, Tingkat suku bunga yang sesuai dan Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank. Kalau 3T ini sudah saya lakukan ucapkan selamat tinggal pada duit yang sering pergi tanpa pamit. Karena dengan LPS tabungan beres. 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun