Mohon tunggu...
Mega Nugraha
Mega Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Jalan-jalan, mikir, senang

Suka jalan-jalan, suka tempat wisata Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Makan Kaya Raja, Tidur ya Nge-gembel

14 Juli 2011   10:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Malam itu sekumpulan orang mabuk membawa kampak dan menggedor-gedor bak truk, seketika saya terbangun, dengan berbekal kunci inggris saya usir mereka setelah sebelumnya saya beri satu buah durian". Kalimat itu langsung terlontar dari mulut Feri,penjual buah durian di Jl. Ibrahim Adji, Bandung saat ditemui pada Kamis (14/7).

Kejadian seperti itu sudah menjadi hal biasa bagi penjual durian yang saat ini sedang musim di kota Bandung. Di sepanjang Jl. Ibrahim Adjie, truk-truk besar terparkir menjajakan buah durian. Saban sore, pembeli mengerubungi truk-truk tersebut. Bagi yang melewati jalan itu, semerbak wangi durian akan terasa.

Umumnya, mereka berasal dari luar kota, khususnya Garut. Salah satu dari mereka adalah Feri, 29. Pemuda asal Limbangan Garut ini sudah menghabiskan waktu 3 bulan berjualan durian di kota Bandung. Durian menurutnya buah musiman, hingga ia pun menjadi penjual buah musiman. Jika musim durian sudah habis, ia pun siap beralih menjual buah lain yang sedang musim.

Pahit getir telah dirasakan olehnya selama 3 bulan berada di Bandung. Selama tiga bulan,ia telah biasa tidur di atas kap mobil truk berselimutkan selimut tipis yang dibekalkan oleh istrinya. Nyanyian nyamuk yang bersarang di pohon-pohon kering di atas truk sudah menjadi alunan pengantar tidur di saat malam yang dingin.

Selain itu, ia mengatakan,"pernah suatu hari saya tidur di dalam bak truk saat durian habis terjual dan menunggu kiriman, tidak terasa malam itu hujan, saat bangun, baju saya sudah basah karena embun dari alas bak truk yang terbuat dari besi", kata Feri, diikuti tertawa puas dari teman-temannya.

Saat semua kejadian itu diceritakan pada keluarga, istrinya prihatin dan mencucurkan air mata bagi sang suami yang berbulan-bulantinggal di tanah orang demi menyambung hidup. Biasanya, ia pulang ke kampung halamannya saat istrinya mulai kekurangan uang. Dari pekerjaannya,ia mendapatkan upah bersih sebesar Rp.100 ribu/hari. "Untuk makan dan rokok, itu sudah ditanggung oleh bos", ucap Feri.

Tidak hanya Feri, penjual lain, Entis (26) juga mengaku alami hal yang sama. "Saya kapok tidur di dalam bak truk dikelilingi durian, baru saja tidur, saya langsung mual dan muntah saat itu juga", kata Entis sambil bergidik. Hal itu dilakukan karena Entis mendapat giliran tidur di dalam bak. Untuk atap truk dan kursi mobil sudah terisi oleh mereka yang mendapat giliran tidur disana.

Selama berjualan durian,Feribisa mengirim 800 ribu hingga 1 jutauntuk anak dan istrinya tiap dua minggu. Dengan begitu, menghadapi bulan puasa dan lebaran, mereka mengaku tidak terlalu khawatir.Untuk makanan sehari-hari, Feri mengatakan, "kami ini tiap hari makan kaya raja, tapi tidur tiap malam kaya gembel", papar Feri.

Saat ditanya jika setelah musim durian berakhir, Ferimengatakan bahwa ia akan tetap di Bandung dan menjual buah yang sedang musim. Diperkirakan, Dukuh Palembang di bulan 9 dan buah Mangga di bulan 10 akan marak. Hingga dengan demikian, mereka kembali harus meninggalkan anak dan istrinya, serta mengisahkan cerita getir lain pada istri saat pulang membawa uang.

Tidak hanya penjual durian yang mengalami nasib sepeti Feri dan Entis,pemiliknya pun juga merasakan hal yang sama. Dia turut menetap di lokasi jualan.Selain itu, ia menambahkan bahwa rata-rata, penjual durian seperti di Gede bage danAhmad Yani juga berasal dari Garut.

Pilihan menetap di lokasi jualan untuk menghemat biaya, jika truk berisi durian diparkir di gudang-gudang terdekat, itu membutuhkan biaya sewa gudang.

Menurutnya, musim durian saat ini musim terpanjang. Setelah sebelumnya panen durian di Lampung, sekarang durian yangdijual berasal dari Bengkulu yangsedang panen. Setelah panen di Bengkulu berakhir, panen durian di kota-kota lain di Sumatera seperti Padang, Palembang dan Medan ikut menyusul.

Hampir dipastikan, musim durian ini berlangsung hingga awal tahun karena selain panen raya di Sumetera, panen durian di wilayah Jawa barat seperti, Cianjur, Serang, Sukabumi dan wilayah Jawa Timur khususnya Wonosobo ikut menyusul,papar Jafar. Meski demikian, jika musim buah lain sudah tiba, Jafar beserta penjual durian lainnya akan berjualan buah lain yang sedang musim.

Pahit getir menjadi penjual durian sudah biasa dijalani. Jafar mengeluhkan, "dari mulaipreman sekitar, Satpol PP hinggapolisipatroli seringkali meminta jatah, padahal stok durian yang ?dasudah di pas, termasuk untuk durian yang rusak". Untuk masalah itu, Jafar memilih pasrah karena izin yang dikantongi hanya sebatas izin RW setempat.

Hal yang tidak terduga ialah, untuk mendatangkan durian dari Sumatera, biasanya dilakukan dengan mekanisme saling percaya."Pengirim durian di Bengkulu ini misalnya, karena sudah kenal dekat, ia mengirim terlebih dahulu dan pembayarannya dilakukan setelah ?dakeuntungan melalui transfer", papar Jafar.

Meski sedang mengalami kenaikan penjualan, pada minggu pertama bulan puasa, Jafar memperkirakan akan terjadi penurunan penjualan. Untuk itu, pada minggu pertama puasa, Jafar dan penjual lain berencana untuk pulang kampung. Baru pada pertengahan puasa, Jafar, Feri, Entisdan penjual lain akan kembali mengharumkan Bandung dengan wangi durian.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun