Mohon tunggu...
Langit K.
Langit K. Mohon Tunggu... -

World in my hands. World citizen. Born 1991 in Bonn. Grew up in East Java. Studying in DE.\r\n\r\nID/DE/EN/MY/FR/ES/NL/JV

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bule Juga Banyak yang Miskin

4 Juni 2013   18:07 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 12038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13703440182045461002

[caption id="attachment_258042" align="aligncenter" width="300" caption="Bule juga banyak yang miskin"][/caption] ---Penulis menulis artikel ini tanpa bermaksud untuk menyinggung suatu pihak maupun, penulis hanya ingin berbagi pengalaman dengan pembaca lainnya.

Orang bule selalu menjadi sorotan ketika mereka datang ke Indonesia, terutama bila mereka berada di daerah-daerah atau kota-kota kecil di Indonesia yang jarang di kunjungi orang asing. Mereka sangat identik dengan turis, yang artinya menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah wisatawan yang berasal dari luar negeri. Wisatawan dari luar negeri memang identik dengan banyak uang, karena mereka, khususnya yang berasal dari Eropa (barat), mengeluarkan banyak uang ketika mereka berlibur di negara lain, terutama kalau mereka menghabiskan liburan di negara-negara dunia ke tiga yang nilai mata uangnya jauh lebih rendah dari mata uang mereka (Euro, Dollar, dll.).

Bule memang biasanya diidentifikasi dengan penampakan fisiknya yang berkulit putih, berhitung mancung, bertinggi badan rata-rata lebih tinggi dan berambut pirang, dengan kata singkat bule adalah ras manusia berkulit putih (orang Eropa atau caucasian). Jadi, tanpa bermaksud rasis, orang dari Afrika yang berkulit hitam ataupun orang Eropa selatan seperti orang Italia, Portugal ataupun Spanyol yang banyak berkulit agak gelap mestinya tidak bisa dibilang bule, namun karena mereka berasal dari luar negeri, biasanya mereka mendapat julukan bule dari orang Indonesia. Bukan hanya mereka saja yang dijuluki bule, orang yang berasal dari Amerika selatan atau latin pun biasanya mendapat julukan bule.

Media informasi dan hiburan seperti televisi memang juga berperan dalam penyebaran prasangka atau klise, bahwa bule selalu kaya dan banyak uang. Padahal dalam kenyataanya bule juga seperti halnya manusia di Indonesia, mereka ada yang kaya dan banyak pula yang miskin, bahkan lebih miskin dari orang Indonesia.

Berdasarkan pengamatan penulis, di Jerman bule-bule miskin yang kebanyakan tidak mempunyai pekerjaan atau penggangguran, bergaya hidup mewah (apabila diukur dari standart hidup Indonesia). Mereka mendapatkan uang bantuan dari pemerintah Jerman untuk biaya hidup sehari-hari, namun jumlahnya sangat minim sekali. Uang tersebut hanya cukup untuk membeli makanan sehari-hari, selain itu pemerintah Jerman juga membayar biaya sewa tempat tinggal ataupun apartemen mereka. Jumlah uang yang mereka terima perbulan rata-rata sekitar 400 Euro (= Rp. 4,8 juta). Memang uang itu bagi orang yang hidup di Indonesia kelihatan banyak, namun untuk standart hidup di Jerman uang tersebut sangatlah tidak cukup. Namun demikian, banyak juga beberapa orang dari kalangan tersebut yang berhasil menabung dan berlibur ke negara Asia seperti Indonesia ataupun Thailand.

Di Indonesia bule dari kalangan ini akan dianggap kaya, karena mereka mampu berlibur ke luar negeri, meski sebenarnya mereka dari kalangan pengangguran atau memiliki uang yang sangat terbatas. Alasan mereka memilih Indonesia untuk berlibur adalah harga-harga yang murah dibandingkan dengan di negara mereka. Jadi, mereka bisa mengeluarkan sedikit uang untuk bergaya hidup mewah di Indonesia selama beberapa hari atau minggu.

Banyak dari mereka yang akhirnya berkenalan dengan perempuan Indonesia. Kebanyakan perempuan-perempuan ini adalah dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sayangnya perempuan Indonesia akan gampang terlena melihat ciri fisik bule yang berkulit putih dan berhidung mancung. Selain itu, mereka berpikir, bahwa bule pasti punya banyak uang. Begitu juga dengan bule-bule tersebut. Wanita Indonesia yang memiliki typical ramah, penurut dan setia serta berkulit sawo matang memang menjadi magnet bagi mereka. Bayangkan saja, di negara mereka bule-bule ini sudah tidak ada yang mau, karena mereka miskin dan biasanya kurang berpendidikan ataupun ciri fisiknya yang seperti berperut gendut . Selain itu, kebanyakan dari mereka sudah berusia di atas 40 atau 45 tahun. Sedangkan di Indonesia mereka akan banyak disukai oleh wanita-wanita Indonesia yang langsing dan berkulit sawo matang nan eksotis. Bak gayung bersambut, banyak wanita-wanita Indonesia yang kesengsem dengan bule-bule tersebut. Mereka kemudian berkenalan di tempat-tempat wisata seperti Bali maupun kota-kota besar lainnya, ataupun banyak juga yang berkenalan melalui dunia maya.

Setelah mereka berkenalan, mereka pada umumnya akan menikah dan sang istri akan diboyong ke Eropa. Memang tidak gampang untuk menikah dua negara, namun jika cinta sudah tumbuh, samudra pun pasti akan terbelah dengan sendirinya.

Berdasarkan pengamatan penulis yang mengenal beberapa wanita Indonesia yang menikah dengan bule dari kalangan bawah, mereka pada umumnya akan sangat bahagia karena mereka telah menemukan pasangan hidup seorang pria bule. Namun banyak hal yang mereka tidak tahu, bahwa hidup di Eropa (dalam hal ini Jerman) adalah tidak mudah, apalagi dalam serba keterbasan ekonomi.

Kembali ke tema bule miskin. Keidentikan bule dengan kaya, memang sepertinya sulit dihilangkan dari pandangan kebanyakan orang di Indonesia. Tapi bagi sebagian orang yang memiliki pengetahuan luas ataupun yang pernah berkunjung ke negara-negara bule, mereka tahu bahwa bule memang banyak yang miskin.

Negara-negara Eropa bagian timur misalnya, negara-negara ini memiliki penduduk yang dapat dikategorikan sebagai bule, namun apabila kita melihat sisi ekonomi negara-negara tersebut, maka kita akan tahu bahwa negara-negara tersebut merupakan negara yang setara dengan Indonesia, atau bahkan lebih miskin.

Jadi, bagi Anda pengagum atau penyuka bule, jangan cepat terlena akan 'kebulean' sesorang, karena tidak semua bule itu kaya dan punya banyak uang. Dan, di kota-kota besar Indonesia banyak orang Indonesia yang bergaji jauh dari gaji bule di Eropa ataupun Amerika. So, jangan terlena! Sumber foto: Bild "Obdachloser-Bettler-Boden" von bilder.n3po.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun