Dalam analisis ini, terdapat tiga faktor yang akan mempengaruhi terbentuknya wacana, yaitu ekonomi (industri), politik (berhubungan dengan kekuasaan dan ideologi), dan budaya (berhubungan dengan nilai dan identitas sosial tertentu) (Fairclough, 1995:62).
Hasil Analisis
Analisis Mikro
Dari judul berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Dipenuhi", Kompas.com menunjukkan bahwa Presiden Jokowi dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas permasalahan Petani Kendeng. Presiden Jokowi ditampilkan sebagai tempat pengaduan atas keluh kesah Petani Kendeng. Hal ini ditunjukkan dari sifat judul yang kronologis, dimana Petani Kendeng menemui Presiden Jokowi dengan tuntutan tetapi kemudian tuntutan tersebut tidak dipenuhi oleh Presiden Jokowi.Â
Kompas.com menggunakan kata menangis yang memiliki arti; melahirkan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dan sebagainya) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit) (KBBI). Hal ini menunjukkan Petani Kendeng menyampaikan perasaan sedih sebagai respon atas tuntutan yang tidak dipenuhi Presiden Jokowi.Â
Kompas.com menunjukkan bahwa pertemuan dengan Presiden Jokowi menyebabkan Petani Kendeng sedih (kecewa). Judul berita ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi harus memenuhi tuntutan rakyatnya dan jika tidak dipenuhi rakyat akan sedih atau kecewa.
Dalam paragraf pertama, Kompas.com menggunakan kata "...akhirnya berhasil...", dimana kata akhirnya berarti; 'belakang sekali, kesudahan sekali', dan berhasil berarti; 'mendapatkan hasil', kata hasil sendiri berarti; "sesuatu yang diadakan oleh usaha". Hal ini menunjukkan Petani Kendeng harus melakukan usaha untuk bertemu dengan Presiden Jokowi yang terjadi kesudahan sekali setelah mereka sangat menanti-nantikan pertemuan tersebut.
Di paragraf selanjutnya, penggunaan kata "...diterima Jokowi..." menunjukkan bahwa Presiden Jokowi sebagai orang yang dapat memutuskan terjadinya pertemuan tersebut. Kedua paragraf ini merepresentasikan Presiden Jokowi sebagai orang yang sulit ditemui rakyatnya.Â
Hal ini diperkuat dengan penggunaan kata "di sela-sela" dan "menyempatkan" yang menunjukkan keterbatasan waktu Presiden Jokowi atau dengan kata lain Presiden Jokowi digambarkan sebagai orang yang sibuk. Dimana arti kata "di sela-sela" dengan kata dasar "sela" yaitu; 'antara, celah'. Kata "menyempatkan" artinya; 'memberikan kesempatan, memberikan waktu'.
Pada paragraf lainnya, kata 'mengeluh' menunjukan bahwa Presiden Jokowi sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menyampaikan keluh kesahnya.