Mohon tunggu...
Langit
Langit Mohon Tunggu... -

Aku ingin berjalan seiring, bukan digiring.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Critical Situation

13 November 2018   16:15 Diperbarui: 13 November 2018   16:32 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aman gan" jawabnya yakin.

Setelah Kanaya pergi kami kembali melanjutkan obrolan. Si kecil Kevin merasa lapar dan melahap nasi kotak sisa makan tadi siang. Nasi kotak satunya kuberikan pada Anggi. Tenaganya pasti habis untuk menahan rasa sakit ketika kakinya terkilir.

Pukul 20.15 mobil sedan yang kami tunggu akhirnya tiba. Kevin sudah tertidur lelap sehingga perlu digendong oleh ayahnya untuk masuk kedalam mobil. Setelah mengucapkan terimakasih atas pelayanan dan pengalaman yang tak terlupakan mereka pun segera berangkat.

Sekarang tinggal tersisa aku dan pak Her di minibus. Sebelumnya Anggi sudah berangkat kepondok pada pukul 19.10, kemudian disusul  Fred pada pukul 19.40. Aku lega karena mereka tiba di pondok tidak terlalu malam. Kurasa semakin malam dapat semakin berbahaya berada di hutan seperti ini.

Pak Her tiba-tiba menepuk pundakku. Membuatku terbangun dari lamunan.

"Sekali lagi kau sudah membuat keputusan yang tepat nak, negeri ini butuh lebih banyak generasi penuh solusi sepertimu" ucapnya.

Aku tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun