Tiba-tiba Lukman bersuara. "Lalu bagaimana nasib kita sekarang? Selain itu keluargaku harus flight jam tujuh besok".
"Apakah kita aman?" Prita bertanya dengan nada cemas.
Aku segera mengambil alih. "Tenang.. tenang.. Semua dalam kendali. Seperti yang sudah kita ketahui tadi, rekanku sudah dalam perjalanan menuju kemari. Jadi saat ini langkah terbaik yang dapat kita lakukan adalah berkumpul menjadi satu disini agar aman."
"Maaf kak.. apakah masih lama jemputan itu datang? Aku sangat takut gelap.." keluh Kanaya.
"Lebih baik kita nyalakan saja satu senter hp supaya kita memiliki lebih banyak cadangan. Simpan hp milik pak Lukman untuk cadangan terakhir karena batrenya yang paling banyak. Kau tidak perlu cemas Kanaya." Jawabku.
"Selain itu, Anggi, tolong kau jaga kawanmu si Kanaya."
Anggi hanya mengangguk.
 Sebenarnya yang membuatku cemas adalah si Kevin. Aku takut asmanya kambuh dalam situasi seperti ini. Kuhampiri bu Prita dan pak Lukman.
"Bagaimana kondisi Kevin?" tanyaku.
"Sampai saat ini dia masih baik-baik saja. Dia hanya agak ketakutan.." jawab ibu Prita.
Kulepas jaket parasutku. "Kevin, pakailah ini. Akan semakin dingin ketika malam tiba." Ucapku sambil tersenyum.