Mohon tunggu...
Landrikus Aradhana
Landrikus Aradhana Mohon Tunggu... Lainnya - Murid kelas 1 SMA

Selama masa pandemi, Landri mengisi hari-harinya dengan membaca webnovel dan webcomic dari Cina atau Korea. Berawal sebagai aktivitas untuk melepas kejenuhan, berubah menjadi minat dan obsesi. Landri kagum dengan cerita-cerita dan dunia fantastis karangan para penulis. Lama kelamaan, ketertarikan ini merambat keluar menuju novel fisik. Ia paling menyukai cerita karangan Tere Liye. Ketertarikan Landri pada novel tidak hanya sebatas menjadi pembaca; ia ingin menjadi penulis. Ia bermimpi untuk menjadi seorang penulis yang membawakan cerita dan dunia fantasi kepada pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kebaikan di Tengah Keterbatasan: Ulasan "Si Anak Cahaya" oleh Tere Liye

1 Mei 2024   12:00 Diperbarui: 1 Mei 2024   12:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Anak Cahaya adalah buku ke-5 dari seri Anak Nusantara yang ditulis oleh Tere Liye. Diterbitkan pada 2018 oleh PT Sabak Grip Nusantara. Buku ini bercerita tentang Nurmas, seorang gadis yang tinggal di sebuah desa di pedalaman Pulau Sumatra beserta keluarga, kawan-kawan, dan penduduk desa tersebut.

Nurmas, atau biasa dipanggil Nung, adalah anak yang spesial di keluarga dan desanya. Ia dikenal akan kepintaran, kemandirian, kegigihan, dan perilakunya yang baik. Saking terkenal perangai baiknya, ia dijadikan teladan oleh teman-temannya. Buku ini mengisahkan berbagai petualangan dan kejadian yang mewarnai hidup Nung dan membentuknya menjadi Si Anak Cahaya. Kisah Nung juga dilengkapi oleh kehadiran keluarganya: Ayahnya, Yahid; ibunya, Qaf; juga adiknya, Unus. Serta teman-temannya dengan pelbagai perangai: Siti, Rukayah, dan Jamilah.

Kisah ini berlatar di sebuah desa  di pedalaman Sumatra. Latar yang asing bagiku ini memberikan perasaan takjub dan kagum. Aku dapat merasakan betapa asrinya lingkungan desa dan keramahan warga-warga desa, hanya dari beberapa baris kata di buku ini. Sang penulis dengan handal merajut suasana di setiap skenario. Ada kalanya aku ingin menangis melihat perjuangan Nung dan warga di desa di tengah keterbatasan, selanjutnya haru akan kebahagiaan yang masih bisa dirasakan Nung dan teman-temannya di tengah keterbatasan.

Karakterisasi dalam buku ini bagus. Bukan sekali aku terpingkal karena aksi konyol karakter-karakter yang beragam watak dan tabiatnya. Namun, salah satu kekurangan dari buku ini, menurutku terletak di pengembangan karakternya. Kekurangan ini terhubung dengan resolusi dari cerita ini.

Spoiler, resolusi dari cerita ini adalah Happy Ending. Kesimpulan yang memuaskan. Semua masalah telah diselesaikan, kita diberi kepastian lengkap akan nasib karakter-karakter utama. Namun, hal yang menurutku kurang di kesimpulan ini, adalah minimnya perkembangan karakter  yang pada akhirnya menghasilkan kesimpulan ini. Namun, aku dapat mengerti mengapa sang Penulis memilih untuk menulis kesimpulan ini. Pada klimaks cerita, telah diceritakan kejadian yang membuat Nung dijuluki sebagai si “Anak Cahaya”. Sebenarnya cerita telah mencapai resolusi di situ, namun sang penulis memilih untuk tetap melanjutkan cerita ini untuk mendapatkan resolusi yang benar-benar memuaskan.

Pesan yang hendak disampaikan oleh sang penulis dibawa dengan sempurna oleh karakter utamanya, Nurmas. 'Nur' berarti cahaya dan 'Mas' berarti sebuah logam mulia yang berharga. Arti dari nama ini juga dicerminkan dalam karakter Nurmas. Sepanjang novel, kebaikan dan kemuliaan hati Nur ditampilkan berkali-kali. Walau berkali-kali juga Nung menderita dan terjatuh karena  kesulitan yang dibawa zaman itu, kebaikan yang ditunjukannya bagai sinar terang melawan kegelapan keterbatasan.

Overall, Si Anak Cahaya adalah buku yang memadukan Aksi, Drama, Petualangan, bahkan sedikit Romansa ke dalam satu adonan, dan menghasilkan sebuah buku yang menarik dan imajinatif

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun