Mohon tunggu...
Qomari Arisandi
Qomari Arisandi Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang yang bercita cita menjadi orang yang bisa memberikan manfaat kepada seluruh manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat bantahan putra Syaikh Yusuf Qordhowi terhadap ayahnya

9 Juli 2013   12:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:48 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah yang saya hormati….

Kami telah mengambil janji kepada lelaki ini (Morsi) agar melakukan kesepakatan dengan pihak-pihak terkait dalam membuat undang-undang, namun dia tidak menepatinya. Kami telah mengambil janji kepadanya agar melakukan kesepakatan dengan pihak-pihak terkait dalam menyusun kabinet, namun dia tidak menepatinya. Kami juga telah mengambil janji kepadanya agar mengedepankan aspek kerjasama dengan pihak-pihak lain, bukan saling mengalahkan, namun dia tidak menepatinya. Kami juga telah mengambil janji kepadanya agar menjadi presiden untuk seluruh rakyat Mesir, namun dia tidak menepatinya. Perkara yang paling penting adalah kami telah mengambil janjinya untuk menjadi presiden Mesir yang telah direvolusi, namun dia tidak menepatinya. Kemudian kami melihatnya pada perayaan hari revolusi, dia berkata kepada para polisi –yang sebenarnya kami juga mengambil janji kepadanya agar membersihkan instansi kepolisian dari antek-antek Mubarak, dan tidak dia tepati–: “Kalian ada dihatiku daripada revolusi Januari.” Lantas dengan janji Allah yang mana, Anda menginginkan kami tetap patuh kepadanya?

Dia telah melakukan rekonsiliasi dengan negeri biadab (Israel) dan dengan para antek Mubarak, dan para pengusaha anak buah Mubarak, serta dengan berbagai kebobrokan tersembunyi dari rezim Mubarak. Bahkan dia berusaha untuk menempatkan para antek Mubarak itu di instansi pemerintahan, dan mendekatkan mereka ke Jamaahnya (baca: Jamaah Ikhwanul Muslimin), serta membantu orang-orang zalim atas kezaliman mereka, akhirnya Allah memberinya azab sebab mereka.

Saya telah menghafal sebuah kalimat yang tidak akan pernah saya lupakan selama hidup wahai ayah dan guru saya. Sebuah kalimat yang sangat komprehensif. Kalimat yang menjadi ukuran bagi diri saya sendiri dalam memahami Islam dan politik Islam. Anda pernah mengatakan kepada saya dan generasi saya: “Kebebasan sebelum syariat.” Dengan kalimat ini, saya masih tetap dalam barisan para revolusioner yang menuntut kebebasan untuk seluruh manusia. Dengan kalimat ini, saya berada di bundaran Tahrir pada 25 Januari dan 30 Juni. Saya tidak menyibukkan diri dengan menuntut untuk menegakkan syariat Allah, dan saya tidak memandang bahwa saya berhak mewajibkan seseorang untuk menjalankan syariat Allah. Akan tetapi saya menyibukkan diri untuk menggerakkan orang-orang agar mereka menjadi manusia yang merdeka. Kebebasan dan syariat bagi saya adalah sama, karena Allah tidak menciptakan manusia kecuali dalam keadaan merdeka.

Dalam fatwa Anda, Anda menyerukan Letnan al-Sisi, seluruh partai politik, dan seluruh penuntut kebebasan, kemuliaan dan keadilan, agar mereka berada dalam satu komando demi membela kebenaran, mengembalikan Morsi ke jabatan semula, senantaisa menasehatinya, mencari solusi bersama, dan membuat progam riil….bagaimana jika saya beritahu Anda bahwa mereka telah melakukan hal itu selama setahun penuh, namun orang ini (Morsi) tidak mau mendengarkannya?

Bagaimana jika saya beritahu Anda bahwa para penasehatnya yang dia pilih sendiri yang kami percaya akan keilmuan, kesalehan, keikhlasan, dan nasionalismenya, namun mereka meninggalkannya. Hal itu mereka lakukan setelah mengetahui bahwa mereka tidak lebih hanya sebagai dekorasi demokrasi untuk sebuah pemerintahan yang diktator. Dia (Morsi) tidak mau mendengarkan siapapun melainkan kepada jamaah dan murysidnya, padahal mereka tidak pernah menjadi para penasehat yang amanah dan pemberi kebaikan. Mereka membantunya untuk melakukan perkara yang tidak cocok untuk Mesir, baik dari segi agama maupun dunia. Mereka mendorongnya untuk melawan rakyat dengan sokongan dari Jamaah untuk menjalankan seluruh keputusannya sendiri. Hal ini mengakibatkan banyak terjadi pertumpahan darah dan fitnah di muka bumi. Dan bukan berdasarkan hal ini rakyat Mesir  dan para revolusioner mengangkatnya menjadi presiden.

Bagaimana jika saya memberitahu Anda bahwa saya telah melakukan hal itu sendiri, namun presiden dan keluarganya hanya memalingkan muka dari saya?!

Kami telah duduk bersama dengan berbagai pihak di masa yang sangat sulit ini. Tidak ada seorang pun yang ragu akan legitimasi presiden. Sangat mungkin dia melakukan rekonsiliasi dengan beberapa kompromi. Akan tetapi, sangat disayangkan, kami tidak melihat pemerintah yang bertanggungjawab, namun kami melihat sekumpulan orang yang berambisi untuk berkuasa, bagaimana pun caranya.

Kami berharap presiden dapat menyelesaikan masa baktinya dan presiden pertama dari kalangan sipil yang dipilih rakyat secara demokratis dapat sukses dalam menjalankan tugasnya. Akan tetapi dia ternyata ngotot untuk melengserkan dirinya sendiri. Hal itu dia lakukan dengan terus tunduk kepada orang yang mengontrolnya, dan terus mengikuti kepada pihak yang sama sekali tidak memiliki legitimasi dan janji setia. Kemudian mereka sekarang mendorong para pengikutnya agar terjerumus kepada huru-hara ini dengan dalih menjaga legitimasi dan syariat Islam.

Sesungguhnya hakekat yang terjadi di Mesir selama setahun lalu adalah bahwa Ikhwanul Muslimin menganggap instansi kepresidenan adalah salah satu cabang dari cabang-cabang yang dimiliki oleh Jamaah. Kami akan terus membayar semua itu dengan darah dan rasa saling benci diantara generasi negeri ini.

Seluruh kata yang Anda tulis akan saya hormati. Saya tahu kebaikan niat Anda. Akan tetapi saya menganggap itu bukan sekedar pendapat politis yang bisa salah dan bisa benar sebagai sebuah pendapat seorang yang bernama Yusuf al-Qardhawi, anak desa dan sekolahan, namun itu adalah fatwa agama yang dikeluarkan oleh seorang imam kemoderatan, Syekh Yusuf al-Qardhawi. Dan karena itulah sangat menyakitkan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun