Mohon tunggu...
Nuzila RizqiLana
Nuzila RizqiLana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya

hobi membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negatif Punishment pada Anak? Apakah Efektif?

7 Juni 2023   22:00 Diperbarui: 7 Juni 2023   22:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah dengan melakukan negatif punishment terhadap anak, dapat membuat sang anak menjadi lebih baik?


Mempelajari tentang perkembangan anak biasanya diiringi dengan pemberian beberapa metode serta solusi yang tepat. Metode tersebut memiliki manfaat untuk mendukung proses perkembangan sang anak. Salah satu tokoh Psikologi yang benama B.F Skinner memiliki teori yang cukup terkenal, yaitu Operant Conditioning (Rizqiyah & Lestari, 2021) . Dalam teorinya tersebut terdapat metode punishment (negative punishment). Apa dan bagaimanakah negatif punishment itu?

Apa itu negatif punishment?


Negatif punishment merupakan bentuk dari tindakan yang dilakukan paling akhir dan memiliki tujuan untuk membuat seorang anak merasa jera (Pribadi et al., 2021). Perasaan jera itulah yang membuat seseorang tidak akan mengulangi atau melakukan kembali sebuah perbuatan atau perilaku tertentu. Selain untuk tidak mengulangi, rasa jera tersebut juga mendorong sang anak untuk memperbaiki perilaku atau perbuatannya. 

Walaupun tindakan punishment ini dapat menjadi sebuah motivasi pada anak, tetapi tindakan ini merupakan tindakan yang negatif atau cukup buruk karena dapat mampu menimbulkan rasa luka hingga trauma pada anak (Pribadi et al., 2021). Namun, perlu digaris bawahi bahwa negatif punishment ini bukan merupakan tindakan yang berupa fisik. Jadi, apakah negatif punishment ini merupakan metode yang baik untuk anak?

Negatif Punishment  untuk anak?


Negatif punishment memang memiliki tujuan agar sang anak tidak mengulangi sebuah perilaku yang tidak baik. Namun, sebaiknya harus dihindari. Orang tua harus memilih hukuman yang mendidik seperti apa yang harus diberikan pada anak. Contohnya seperti orang tua akan mengunci anaknya di dalam kamar apabila sang anak melakukan atau berperilaku yang tidak layak di tempat umum. Hal tersebut memang akan membuat sang anak memperbaiki perilakunya bahkan tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Namun, dalam proses perkembangan anak menuju lebih baik, rasa trauma pun bisa muncul akibat dari penguncian anak di dalam kamar tersebut.

Negative punishment ini tidak cukup baik dan efektif untuk seorang anak, karena seharusnya orang tua mampu untuk melakukan komunikasi yang baik dengan anak, bukan dengan mengunci sang anak karena ia melakukan hal yang kurang baik. Orang tua harus mampu untuk menasehati atau memberi tahu sang anak mana perilaku yang benar dan mana perilaku yang tidak benar. Apabila sang anak masih melakukan kesalahan yang sama, orang tua boleh untuk menegur serta mengingatkan kembali bahwa itu merupakan hal yang tidak benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun