Mohon tunggu...
Merah Al Boeghizsy
Merah Al Boeghizsy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajadah Daun Pisang

30 Januari 2012   15:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lalu masihkah ada kegelisahan yang sudi bertamu temu?

di atas setetes waktu...

sujudku,

rindu ingin bertemu keabadian waktu

walau menyulam takut dengan segan silu

akulah aku...

di atas daun pisang, airmata syukurku bersajadah syahdu.

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?* Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?**

Sassa, 07 Okt 2010.

*) Al Quran, Surah Al Ghaasyiyah ayat 18.

**) Al Quran, Surah Al Ghaasyiyah ayat 20.

Catatan kaki: Puisi ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya yang pada ketika itu sedang menjalankan tugas dari perusahaan dan berada di lokasi hutan yang jauh dari pemukiman warga. Ketika itu, tibalah saatnya untuk saya menunaikan sholat fardhu Asar dan tanpa berfikir panjang (spontanitas) saya pun mengambil beberapa lembar daun pisang bekas tebangan untuk saya jadikan sajadah. Ide untuk menuliskannya baru saya dapatkan setelah teman sekerja saya mengatakan “sajadah daun pisang, ya?!”.  Puisi ini juga dimuat dibuku antologi puisi "munajat sesayat doa"  terbitan Leutika Prio.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun