Membersihkan lukamu, memberikan obat dan membalutnya. Seperti itulah kau berdamai dengan lukamu. Maka, kenali dan pahami dirimu.Â
Daripada memilih untuk kabur dari perasaanmu, pilihlah untuk menghadapi kerumitan yang ada di dalam dirimu sendiri. Berdamailah dengan perasaanmu, tak perlu kau ragu. Itu sebabnya, bersahabatlah dengan perasaanmu.
Bersahabat dengan perasaan adalah langkah awal untuk bisa mengelola perasaan. Ketika kau bisa menerima perasaan-perasaan yang muncul dari dalam diri, di situlah kau bisa memahami apa yang sedang terjadi dengan dirimu, sehingga kau memiliki kemampuan untuk bisa mengelolanya.
Bersahabatlah dengannya, pahami apa pesannya, dan berjalanlah bersamanya untuk mengelolanya. Balutlah perasaan itu dengan kasih dan semarak. Maka, kau akan menemukan bahwa perasaanmu akan menjadi kekuatanmu.
Hidupmu adalah anugerah, begitu pula dengan perasaanmu. Syukuri dan nikmati perasaanmu. Sesungguhnya, Allah menempamu melalui berbagai perasaanmu untuk menghasilkan karya agung-Nya.Â
Perasaanmu adalah kanvas yang akan melukiskan karya luar biasa dari perjalananmu. Menimbulkan aroma yang menyegarkan, memberikan nyawa, menyimpan berbagai pelajaran dan harapan akan hari depan. Dan, akhirnya karya perasaanmu mengilhami, menerangi, membangun, dan menguatkan langkah kaki insan-insan baru. Â
Hingga di ujung perjalanan perasaanmu, kau dapat mengucapkan dengan senyuman tersungging di bibirmu : "Terima kasih diriku setidaknya sudah mencoba berusaha untuk berjuang hingga akhir. You've been doing so well. You're doing ok. You'll be fine."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H