Industri pariwisata Bali memiliki harapan kembali berjaya di pentas destinasi liburan di dunia setelah menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung pada tanggal 15-16 November 2022, saat ini mata dunia sedang terfokus pada KTT G20 di Bali yang dihadiri puluhan pemimpin negara di dunia untuk membahas perekonomian dunia.
Bali yang memiliki julukan "Pulau Dewata" dan "Pulau Seribu Pura" ini rata-rata penduduknya memiliki sumber pendapatan utamanya dari industri pariwisata, baik itu penjualan makanan, souvernir dan jasa.Â
Menurut statistik, sebelum pandemi Covid-19 menyerang Indonesia terlebih di seluruh dunia, Bali selalu tercatat mendatangkan sekitar 6,2 juta turis asing untuk berwisata ke Bali.Â
Namun, sejak kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada bulan Maret 2020 lalu, situasi pariwisata Bali pun berubah drastis ditambah adanya kebijakan pemerintah yang melarang turis masuk ke Indonesia.
Jangankan wisatawan asing, wisatawan domestik saja sangat sepi berkunjung ke Bali. Hampir dua tahun industri pariwisata Bali sepi pengunjung akibat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Imbasnya adalah, banyak restoran, pedagang dan penginapan terpaksa tutup karena tidak adanya turis yang berkunjung. Dan mirisnya ada sekitar 92.000 pekerja yang harus kehilangan pekerjaannya akibat PHK massal di seluruh Indonesia termasuk para pekerja di Bali.
Dampak buruk pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis termasuk industri pariwisata Bali, tahun 2020 adalah tahun yang sangat buruk Bali jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2019.
Setelah di longgarkannya protokol Covid-19, parawisata Bali pun kini mulai membaik menjelang akhir tahun 2022.Â
Sejak Oktober sudah tercatat ada lebih dari 1,5 juta wisatawan asing dan 3,1 juta wisatawan domestik tercatat mengunjungi Bali.
Dibukanya kembali bandara Bali untuk penerbangan internasional, langsung menarik sejumlah wisatawan asing.Â
Di satu sisi bandara ini juga digunakan untuk kedatangan ribuan orang penting dunia untuk menghadiri KTT G20 yang diadakan di Bali.
Setelah Bali menjadi tuan rumah KTT G20, perekonomian dan sektor wisata pun mulai meningkat drastis. Toko-toko pedagang, restoran dan penginapan pun menerima dampak positifnya termasuk resor-resor yang terletak di Nusa Dua yang menjadi tempat KTT G20.
Saat ini pariwisata Bali dalam upaya menuju pariwisata go internasional, pemerintah juga telah meluncurkan program visa turis digital, yang dikenal sebagai "visa rumah kedua". Visa Kedua ini diberikan kepada turis atau orang asing untuk tinggal di Indonesia untuk jangka panjang lima sampai 10 tahun.
Tujuannya adalah agar perekonomian di Bali ataupun tempat wisata lainnya semakin baik, dalam artian semakin lama turis tinggal maka semakin banyak transaksi yang terjadi.
Visa rumah kedua ini akan mulai berlaku pada bulan Desember 2022 mendatang, Bali juga merupakan salah satu dari 20 tujuan destinasi populer di dunia. Jadi, setelah KTT G20 selesai kemungkinan wisatawan asing akan semakin meningkat tiap harinya.
Jadi inilah kesempatan Bali untuk mencari panggungnya kembali sebagai tempat wisata internasional yang wajib dikunjungi wisatawan mancanegara, secara tidak langsung adanya KTT G20 ini telah mempromosikan wisata di Bali.
Sebelum KTT G20 dimulai terlebih dahulu dilakukan pertemuan antar Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral, dan para Menteri Luar Negeri untuk menentukan agenda topik pembahasan. Rapat KTT ini sebenarnya memiliki proses yang panjang untuk menemukan suara yang sama.
Pembahasan agenda kerja sama telah dibahas dimulai sejak Indonesia sebagai Ketua G20 2022 bulan Desember 2021 lalu.
Mungkin saat ini belum ada pembahasan KTT terkait kehadiran presiden Rusia Vladimir Putin, namun baru-baru ini Vladimir Putin mengatakan tidak akan hadir dan hanya mengirim utusannya saja.
Meskipun KTT untuk para petinggi tertinggi dunia, namun tidak ada masalah siapa yang hadir. Retaknya suara G20 ini disebabkan adanya perang Ukraina - Rusia yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhirnya konflik kedua negara tersebut.
Untuk hal itu, kemungkinan KTT G20 ini juga akan membahas mengenai konflik Rusia - Ukraina dan hubungan Amerika Serikat dan China yang saat ini masih tegan serta hubungan AS dengan Arab Saudi.
Selain itu, pertemuan tahunan para petinggi negara ini akan membahas ekonomi dunia yang dikenal sebagai Group of Leading Developed and Emerging Economies (G20), dan juga akan membahas tentang krisis ekonomi global yang saat ini berlarut-larut.
Tujuan G20 ini adalah untuk memperkuat kerja sama global dan membangun kepercayaan antar bangsa, sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi stabilitas dunia.
G20 adalah forum internasional resmi untuk kepala negara dan gubernur bank sentral dari 19 negara maju dan negara berkembang terkemuka di dunia dan Uni Eropa (UE).Â
Dilansir dari reuters.com (14/11), G20 secara keseluruhan telah menyumbang 80% dari PDB dunia, 75% dari perdagangan internasional, dan 60% dari populasi dunia.Â
Agenda KTT G20 akan membahas sejumlah isu prioritas, termasuk ketahanan pangan dan energi, arsitektur kesehatan global dan transformasi teknologi digital.
Ketiga agenda tersebut di atas akan dibahas dalam sesi terpisah, pemimpin G20 akan membahas arsitektur ketahanan pangan, energi, dan kesehatan global pada hari pertama KTT, sedangkan transformasi digital akan dibahas pada hari berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H