Di satu sisi bandara ini juga digunakan untuk kedatangan ribuan orang penting dunia untuk menghadiri KTT G20 yang diadakan di Bali.
Setelah Bali menjadi tuan rumah KTT G20, perekonomian dan sektor wisata pun mulai meningkat drastis. Toko-toko pedagang, restoran dan penginapan pun menerima dampak positifnya termasuk resor-resor yang terletak di Nusa Dua yang menjadi tempat KTT G20.
Saat ini pariwisata Bali dalam upaya menuju pariwisata go internasional, pemerintah juga telah meluncurkan program visa turis digital, yang dikenal sebagai "visa rumah kedua". Visa Kedua ini diberikan kepada turis atau orang asing untuk tinggal di Indonesia untuk jangka panjang lima sampai 10 tahun.
Tujuannya adalah agar perekonomian di Bali ataupun tempat wisata lainnya semakin baik, dalam artian semakin lama turis tinggal maka semakin banyak transaksi yang terjadi.
Visa rumah kedua ini akan mulai berlaku pada bulan Desember 2022 mendatang, Bali juga merupakan salah satu dari 20 tujuan destinasi populer di dunia. Jadi, setelah KTT G20 selesai kemungkinan wisatawan asing akan semakin meningkat tiap harinya.
Jadi inilah kesempatan Bali untuk mencari panggungnya kembali sebagai tempat wisata internasional yang wajib dikunjungi wisatawan mancanegara, secara tidak langsung adanya KTT G20 ini telah mempromosikan wisata di Bali.
Sebelum KTT G20 dimulai terlebih dahulu dilakukan pertemuan antar Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral, dan para Menteri Luar Negeri untuk menentukan agenda topik pembahasan. Rapat KTT ini sebenarnya memiliki proses yang panjang untuk menemukan suara yang sama.
Pembahasan agenda kerja sama telah dibahas dimulai sejak Indonesia sebagai Ketua G20 2022 bulan Desember 2021 lalu.
Mungkin saat ini belum ada pembahasan KTT terkait kehadiran presiden Rusia Vladimir Putin, namun baru-baru ini Vladimir Putin mengatakan tidak akan hadir dan hanya mengirim utusannya saja.
Meskipun KTT untuk para petinggi tertinggi dunia, namun tidak ada masalah siapa yang hadir. Retaknya suara G20 ini disebabkan adanya perang Ukraina - Rusia yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhirnya konflik kedua negara tersebut.