Jika dalam seminggu begini terus pasti bakalan di pecat bos karena telat mulu kan jadi pengangguran dong, yang apesnya uda dipecat harus jalan kaki lagi kalau pulang soalnya emang gak punya duit lagi buat ongkos karena beli parfum yang 10.000-an tambah beli minuman mineral karena haus jalan kaki.
Begitu juga sebaliknya, seandainya kantor atau tempat kerja jaraknya dekat. Masa harus jalan-jalan atau keliling di dalam kantor, dibilang bos tidak, dibilang stres ia.
Seandainya para peniliti Stanford university tau, warga yang tinggal dikota sebenarnya tidak malas hanya saja enggan berjalan kaki, karena trotoar yang merupakan hak pejalan kaki sudah di ubah menjadi lapak kaki lima.
Salah melangkah bisa kena semprot dan denda kalau dagangannya ke injak, kan malah tambah repot. Mending naik angkot atau transportasi lainnya jadi aman dari ganti rugi.
Apalagi ibu-ibu, gak ada waktu buat jalan kaki ketempat perbelanjaan, yang ada keburu habis bahan yang mau dibeli pas pulang kerumah malah tidur karena kecapekan jalan kaki.
Kan kasian anak dan suaminya harus makan mie instan karena ibu gak masak di rumah, mau beli makanan diluar malah kena semprot. Pasti ibu bilang, "enak ya makan diluar, macam orang kaya saja", padahal si ibu yang tidak masak dirumah.
Intinya anak dan suami pasti serba salah kalau dirumah, ini gara-gara ibu ingin menepis penelitian yang dilakukan Stanford university guna menjaga harkat warga Indonesia.
Tapi, para peniliti perlu amati ibu-ibu saat belanja di pasar atau di mall. Gue jamin para peneliti gak bakalan kuat ngikutin si ibu mondar-mandir di dalam mall atau di pasar, percayalah pasti para peneliti akan merubah judul penelitiannya dengan.Â
"Ibu-ibu di Indonesia Sanggup Berkeliling-keliling di pasar atau di dalam mall berlantai enam seharian, hanya karena selisih harga 1.000 rupiah saja"
Masih berani mengatakan orang Indonesia paling malas berjalan kaki.Â
Tulisan ini hanya sebatas hiburan semata saja ya, jangan terlalu dibawa serius.