Mohon tunggu...
Lamhot Situmorang
Lamhot Situmorang Mohon Tunggu... Petani - Freelancer

Pegangguran yang suka menulis disaat Ultramen tidur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Demam "Open Run" Yang Masih Menggila di Korea

8 April 2022   10:57 Diperbarui: 8 April 2022   11:15 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penampakan warga Korea ramai mengantri untuk membeli barang bermerek Louis Vuitton | (aset: kedglobal.com)

Demam "Open run" memiliki arti kecenderungan hasrat untuk membeli sesuatu secepat mungkin saat toko dibuka. Dalam artian para konsumen sudah mengantri didepan toko yang belum buka, saat toko dibuka disinilah para pembeli berebut masuk toko untuk membeli barang incaran mereka.

Demam Open run bisa di ibaratkan seperti ibu-ibu mengantri ingin membeli minyak goreng tapi tokonya belum dibuka, saat toko dibuka para ibu-ibu akan langsung berlomba secepat mungkin untuk mendapatkan minyak tersebut agar tidak kehabisan.  Kira-kira seperti inilah yang dimaksud dengan istilah open run yang saat ini masih menjadi permasalahan di Korea Selatan.

Akhir-akhir ini open run di Korea semakin hari semakin menggila, banyaknya antrian bisa ditemukan hampir disetiap toko-toko fashion dan aksesoris yang ada di beberapa kota besar di Korea. Para konsumen ini berkerumun di depan toko yang masih tutup, mereka senantiasa menunggu hingga toko dibuka dan saat toko dibuka disinilah para pembeli berlomba masuk untuk mendapatkan barang incaran mereka.

Hal ini terjadi akibat lock down dikarenakan wabah virus corona sehingga para masyarakat berada Korea harus berada di dalam rumah, dan tidak boleh keluar untuk kegiatan tidak penting.

Setelah status lock down dicabut masyarakat di kota Korea pun langsung memuaskan hasrat belanjanya di beberapa toko fashion bermerek. Dan hasrat itulah yang membuat warga Korea bersedia mengantri berjam-jam hanya untuk membeli barang keinginannya.

Faktor yang membuat adanya munculnya open run adalah wabah Covid-19 dan inilah yang membuat minat konsumen berbelanja barang brendit meningkat. Dan ini juga bentuk meningkatnya peningkatan ekonomi masyarakat Korea pasca Covid-19.

Uniknya, para warga Korea ini merasa sangat senang melakukan open run ini setiap hari tanpa alasan yang jelas, mereka hanya mengaku memiliki kepuasan tersendiri saat berebut mendapatkan barang impiannya.

Demam open run ini terjadi karena ingin mendapatkan suatu barang yang ketersediaannya terbatas atau langka.

Para pecinta open run ini kerap memamerkan kegiatan mereka di media sosial masing-masing, dan kini menjadi perhatian media internasional. Namun, open run bukanlah bagian dari tradisi di Korea melainkan hanya demam semata saja.

Menurut penjelasan media lokal Korea yang mengatakan, jika demam open run kali ini para pembeli sedang berburu barang mewah dan salah satu barang yang paling banyak diincar adalah produk Louis Vuitton, Channel dan saat ini adalah jam tangan merk MoonSwatch jam ini dikatakan sangat menarik dan memiliki banyak pangsa pasar di Korea karena sedang tren.

Hampir ratusan hingga ribuan orang di kota Seoul ikut demam open run hanya untuk mendapatkan barang impiannya atau barang yang sedang ngetren, mereka rela mereka mengantri berjam-jam bahkan ada yang bermalam hanya untuk mendapatkan produk yang mereka incar saat toko di buka.

Demam open run juga terjadi di kota-kota besar dunia seperti New York, Paris dan Milan. Dan juga pernah terjadi di Indonesia karena kelangkaan minyak goreng, dimana para ibu-ibu rela mengantri berjam-jam didepan supermarket atau toko sembako hanya untuk membeli minyak goreng.

Demam open run ini ternyata memiliki dampak negatif, dimana para konsumen akan saling dorong saat masuk kedalam toko. Tidak hanya dapat mencederai diri sendiri bahkan orang lain pun dapat terluka.

Sejauh ini memang belum ada tercatat kerusuhan atau korban terkait demam open run ini. Dan tindakan seperti ini sangat tidak layak ditiru karena tujuannya hanya untuk mendapatkan barang mewah saja bukan kebutuhan pokok sehari-hari.

Seperti yang diketahui gaya hidup masyarakat Korea diperkotaan memang tergolong mewah, jadi mereka hanya mengutamakan fashion dan stylish di kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun