Pasukan militer di kota Kiev saat ini mengadakan latihan militer secara rutin di hutan rimba yang jauh dari pemukiman, dan sebagian hutan ini juga tertutup salju. Menurut laporan, rata-rata warga Ukraina yang ikut latihan militer ini masih berusia sangat muda.
Para pemuda ini dilaporkan telah mendaftar untuk program pelatihan yang serupa dengan TDF untuk mempelajari keterampilan dasar-dasar pertempuran.
Jika perang pecah maka orang-orang ini akan menjadi bagian dari kekuatan sipil Ukraina, yang secara efektif mendukung tentara inti yang berada di barisan depan.
Perbatasan Rusia-Ukraina saat ini dalam keadaan tegang sejak akhir 2021 ketika Moskow mengirim 100.000 tentara keperbatasan Rusia-Ukraina menggunakan tank dan rudal.
Dalam beberapa hari terakhir, ketegangan terus meningkat setelah Rusia meningkatkan pasukan, peralatan, dan senjatanya ke daerah perbatasan. Sekutu Ukraina seperti Amerika Serikat dan Inggris juga mengirim senjata ke kota Kiev, Ukraina.Â
Kedutaan Besar dan sejumlah staff Amerika Serikat juga dikabarkan akan di evakuasi ke negeranya setelah ketegangan kedua negara yang semakin memanas.
Dengan bantuan dari para sipil Ukraina akan dapat meningkatkan kekuatan militernya jika terjadi invasi, memang secara alutsista Ukraina jauh ketinggalan dari Rusia.Â
Namun, Rusia tidak akan segampang itu menggunakan senjata massalnya seperti bom nuklir, rudal balistik maupun sejenisnya yang dapat merusak alam dan memiliki dampak ke negara lainnya.Â
Memang secara akal sehat, Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir karena itu sangat bertentangan dengan kebijakan dunia yang telah dirangkum PBB.
Jika Rusia melakukannya, maka PBB tidak akan segan-segan melakukan hukuman terhadap Rusia, jadi pemerintah Ukraina lebih fokus terhadap pelatihan warga sipilnya menggunakan senjata senapan atau alat tempur lainnya.
Meskipun Ukraina tidak termasuk negara adikuasa bukan berarti Rusia dengan mudah mengalahkan mereka dengan agresi militer, dan hal ini harus diperhatikan oleh presiden Rusia Vladimir Putin.