Mohon tunggu...
Lamhot Situmorang
Lamhot Situmorang Mohon Tunggu... Petani - Freelancer

Pegangguran yang suka menulis disaat Ultramen tidur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Universitas Negeri Bukan Jaminan Sukses, Jangan Frustasi Jika Gagal SNMPTN, Swasta Juga Bagus

23 Maret 2021   20:18 Diperbarui: 26 Maret 2021   05:45 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear adik pelajar yang saya cintai dimanapun kalian berada, terutama adik-adik yang mengikuti kompetisi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2021. 

Saya dapat memahami perasaan adik semuanya, dimana kalian sangat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri dan juga ingin membuat orang tua kalian bahagia jika kalian berhasil lolos SNMPTN ke kampus impianmu.

Saya juga merasakan apa yang kalian rasakan, ketika saya lulus dari bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Kabupaten Batubara pada tahun  2007, kebetulan jurusan saya Teknik Elektro. Setelah berhasil lulus dari sekolah saya sangat bahagia dan orang tua saya juga sangat bahagia ketika menerima surat kelulusan. 

Pada masa itu, pengumuman kelulusan semua siswa kelas 3 diliburkan tidak boleh masuk sekolah meskipun pakaian bebas dan hanya orang tua atau wali saja yang diperbolehkan masuk sekolah. 

Jadi, sebelum surat lulus atau tidaknya diberikan kepada para orangtua atau wali murid. Guru wali kelas akan memberikan pencerahan tentang masa depan si anak, dan sebagian ada yang disampaikan nasehat secara empat mata kepada orangtuanya guna menjaga privasi si anak, dan ini khusus bagi anaknya yang bermasalah. 

Setelah itu guru akan memanggil nama murid, dan orangtua si anak yang mengambil surat tersebut, surat tanda lulus atau tidaknya dimasukkan dalam amplop yang tertutup lem. Lalu setelah surat dibagikan semua, kemudian guru menginstruksikan untuk membuka amplop tersebut. 

Setelah amplop dibuka dan membaca isi surat singkat tersebut, orangtua saya langsung tersenyum lebar membaca "Lamhot Situmorang dinyatakan LULUS", sayangnya jaman kami Handphone tidak secanggih sekarang jadi tidak bisa dokumentasikan surat lulus tersebut. 

Harapan orangtua saya itu adalah saya bisa masuk ke Universitas Negeri, namun hasil berkata lain saya pun gagal dari 3 jurusan yang saya ambil. Kala itu saya merasa depresi, sedih dan sampai-sampai ratusan nama yang ada dikoran saya cek berulang-ulang tetap nama saya tidak ada , waktu itu pengumuman kelulusan dimuat di koran.

Saat itu juga, saya memutuskan untuk menggangur setahun untuk menunggu penerimaan ditahun berikutnya, dan lagi-lagi saya GAGAL perasaan gundah pun terus menghantuiku dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah lagi dan fokus cari kerja.

Melihat perjuangan saya yang gagal, orangtuaku pun menyarankan untuk kuliah di swasta, karena merasa gagal saya tolak tawaran tersebut dan memutuskan merantau.

Selang beberapa bulan saya mendapatkan pekerjaan disalah satu perusahaan kebetulan dibidang administrasi, dalam hati saya kala itu, untung saya mengikuti kursus komputer saat masih sekolah jadi paham sedikit. Setelah bekerja beberapa tahun tepatnya bulan februari 2010 kami ada rekomendasi naik jabatan namun dengan syarat hanya untuk lulusan S1.

Berhubung saya hanya tamatan SMK jadi saya tidak mendapatkan peluang tersebut, merasa termotivasi akan peluang tersebut sayapun melanjutkan kuliah disalah satu kampus akademik swasta yang mempunyai kelas reguler bagi pekerja (kuliahnya malam hari 19.00 s.d 22.00). 

Dan jujur kuliah reguler ini tidak seperti yang anda bayangkan yaitu kuliah formalitas, di kelas reguler ini juga menerapkan sistem pembelajaran seperti perkuliahan normal tidak ada istilah "ada duit, SKS lancar", jadi semua murni karena niat dan kemauan belajar.

Kemudian ditahun 2014 saya lulus dan menyandang gelar S.Kom dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,09 masuk kategori standard lah untuk swasta. Kemudian ditahun yang sama ada buka lowongan pekerjaan salah satu perusahaan dibidang perkebunan sawit untuk staf kantor, kemudian saya jatuhkan lamaran via email kebetulan memang dari email syaratnya.

Selang seminggu saya langsung di telpon pihak perusahaan untuk melakukan test diantara ujian tertulis dan wawancara, saya pun datang untuk panggilan tersebut. Dan terkejutnya, saya melihat ada 23 orang ikut saya yang dipanggil padahal yang dibutuhkan hanya 6 orang saja. 

Kemudian kami saling sapa dan kenalan dengan sesama calon karyawan, ada 14 orang lulusan dari Universitas Negeri, 1 orang tamatan D-1 manajemen komputer namun bapak itu memiliki 9 tahun pengalaman di dunia administrasi perkebunan sawit dan 8 dari universitas swasta termasuk saya. Mendengar ini saya semakin minder dan tidak percaya diri dan sudah berprasangka buruk "dalam hati, pasti dari Universitas Negeri yang di prioritaskan".

Tepat jam 10 pagi kami dipersilahkan masuk ruangan untuk melakukan uji test tertulis, soalnya tidak ada berkaitan dengan jurusan masing-masing hanya tes kepribadian, psikotes dan penalaran. Setelah selesai, kami menunggu hasil yang keluar jam 2 sore dan saya pun tertawa bahagia karena di daftar ada nama saya urutan 7 dari 11 yang lolos.

Yang berhasil lolos ke tahap wawancara diantaranya bapak yang lulusan D1, dari Universitas Negeri 3 orang dan swasta 7 orang. Disini saya mulai optimis jika tamatan dari negeri tidak menjamin. Setelah selesai wawancara dengan HRD (Human Resource Departemen) hasil pun keluar yang mana yang lulus bapak lulusan D1, dari swasta 3 termasuk saya dan dari Negeri 3 nya lulus semuanya. Seperti yang saya sampaikan diatas hanya diterima 6 orang saja dan ini jadi 7 orang, karena bapak lulusan D1 dialihkan jadi assisten HRD.

"Mohon maaf saya bukan mengatakan Universitas Negeri nya tidak baik, tujuan saya hanya memotivasi adik pelajar yang gagal masuk perguruan tinggi negeri. Karena dimana pun kita sekolah, kuliah baik di negeri maupun swasta itu semua tergantung pada diri kita sendiri, jika kita serius dan tekun belajar menuntut ilmu niscaya kita akan menjadi lebih bernilai."

Kualitas seseorang pelajar tidak selamanya diukur dari mana ia lulus, kampus hanya menyediakan fasilitas dan tenaga pengajar yang profesional bukan menyediakan pekerjaan bagi mahasiswanya, jadi disinilah kita mengambil ilmu dan kemudian menerapkan di lapangan.

Kisah saya ini hanya untuk pesan moral dan motivasi buat adik pelajar yang gagal SNMPTN.

Jangan putus asa jikalau adik-adik gagal masuk kekampus negeri impian, mungkin saja adik gagal karena ada rencana yang lebih baik kedepannya. Tetap belajar dan tetap berusaha.

Masih banyak jalan menuju Roma, yang artinya masih banyak jalan lain untuk bisa meraih kesuksesan.

Saran saya buat adik pelajar, jika belum berhasil sebaiknya jangan buang-buang waktu untuk menunggu yang tidak pasti, waktu adalah peluang dan peluang adalah jalan keberhasilan.

Jangan karena gagal, jadi mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan, kisah saya diatas sudah ada dimana di usiah 24 saya harus memulai kuliah hanya untuk naik jabatan. Meskipun saya gagal promosi jabatan saya tetap konsisten untuk dapatkan titel sarjana. 

Benar kata pepatah "tidak ada kata terlambat" dan "pengetahuan tidak memandang umur" dan semuanya terbukti di usia 29 tahun, saya mendapatkan pekerjaan yang layak, sungguh luar biasa kuasa Tuhan kepada hambanya yang selalu berusaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun