Mohon tunggu...
Edy Gunawan ™
Edy Gunawan ™ Mohon Tunggu... -

Edy memang punya Gunawan (gundul yang menawan). Kebanyakan makan menyan, jadi harap maklum kalau agak-agak gila!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Sandi, Harga Sapi di Singapura Lebih Murah?

13 Oktober 2016   13:51 Diperbarui: 13 Oktober 2016   14:13 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: foodbeast.com

Saya coba kutip perkataan calon wakil gubernur Sandiaga Uno, yang menurut saya terlalu sombong dan mungkin bisa saya rasakan putus asa.

"Singapura yang tidak punya peternakan sapi, harga daging sapinya lebih murah daripada di Jakarta. Konyol enggak tuh. Memang perlu gubernur yang lebih mengerti."

Saya rasa permasalahan harga daging sapi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jika Anda setuju, katakan dalam hati... love you (hahaha... mirip MT). Oke, mari kita kembali ke dasar. Jika Anda pernah setidaknya mengenyam bangku sekolah (minimal SMA), Anda pasti belajar hukum demand-supply di sekolah. Itu adalah pelajaran dasar mengapa harga barang kebutuhan itu mahal, karena ada banyaknya demand sementara supply kurang. Namun di prakteknya bukan hanya demand-supply yang mempengaruhi harga barang. Ada tentunya lebih banyak faktor mengapa harga daging menjadi mahal.

Jenis daging mempengaruhi harga. Kalau Anda beli daging jeroan, tentu akan jauh lebih murah dibandingkan daging yang biasa digunakan untuk steak. Daging berjenis loin boneless juga tentu jauh lebih mahal kalau dibandingkan dengan ribs / iga. Bahkan, jenis sapi juga diperkirakan akan mempengaruhi harga seperti harga daging sapi wagyu dan daging sapi kobe. Tapi tentu ini tidak masuk hitungan karena di Indonesia tidak mengimpor daging semacam ini kecuali restoran besar.

PD Pasar Jaya juga sudah mengklarifikasi bahwa apa yang dikatakan Sandiaga itu tidak apple to apple. Mengapa demikian? Daging yang dijual di Singapura itu impor, betul! Tetapi jenis daging di Singapura lebih bervariasi dan tidak hanya dari Australia. Ada daging wagyu, daging sapi kobe, daging USA, daging dari India, dan macam-macam. Dan grade daging tersebut juga berbeda-beda, yang tentunya mempengaruhi harga juga. Di Indonesia, sapi impor hanya dari Australia dan umumnya punya grade sama. Dan jika Anda teliti, sebagian besar daging di Singapura justru lebih mahal daripada yang ada di Indonesia. Beef Sirloin di Zac Butchery seharga S$11.25 per 250g x 4 (supaya jadi 1 kg) = S$45 atau sekitar Rp. 424rb per kg. Beef cubes di toko yang sama seharga S$8.25 per 250g x 4 = S$33 atau sekitar Rp. 311rb per kg. Belum daging Wagyu Rib-eye seharga S$31.25 per 250g x 4 = S$125 atau sekitar Rp. 1 juta lebih 178rb. Apakah masih bisa Anda bandingkan apple to apple? Kayak begini ini dibilang lebih murah?

Berapa kali pindah tangan? Ini juga termasuk faktor penting. Impor dan produksi peternakan di negeri sendiri sebenarnya tidak jadi soal. Misalkan begini, jika harga daging sapi impor dari Australia US$ 900 per ekor, maka tidak serta-merta dijual di Indonesia dengan harga yang sama atau naik sedikit. Biaya transportasi dari Australia ke Indonesia, siapa yang bayar? Biaya bongkar muat dari kapal dan lama waktu biaya bongkar (dwelling time), apa tidak dipertimbangkan? Distribusi dari distributor besar ke distributor kecil, bagaimana? Biaya pemotongan hewan, siapa yang bayar? Masih ada lagi distributor kecil ke pengecer, dan mungkin masih ada tangan-tangan berikutnya, hingga akhirnya sampai di dapur untuk dimasak.

Sama juga jika Indonesia punya peternakan sapi. Kalau ada, dimana? Jakarta? Tentu di daerah selain Jakarta, dong. Punya peternakan sapi sendiri ada jaminan murah? Nggak! Sekali lagi, biaya transportasi, tetek bengek ini itu hingga sampai ke Jakarta. Mungkin akan lebih murah, tapi tidak ada jaminan murah.

Terakhir, hukum supply-demand juga harus dipertimbangkan. Permintaan daging sapi di Indonesia sangat tinggi, tetapi pasokan terbatas karena adanya faktor-faktor seperti waktu bongkar muat, transportasi, pengecer, dan lain-lain. Harga satu sapi US$900, jika ternyata permintaan lebih banyak untuk dagingnya ketimbang jeroannya, maka harga dagingnya akan semakin mahal juga dan jeroan semakin murah. Sekali lagi ini hukum supply-demand.

Menurut Sandi bahwa Singapura tidak punya peternakan sapi dan Indonesia punya peternakan sapi, memang benar. Tapi dugaan Sandi bahwa mempunyai peternakan sapi akan menekan harga sapi jadi murah adalah SALAH BESAR. (Saya sampai heran, Sandiaga kan pengusaha, tapi hal simpel begini kok jadi bego?)

Mengatasi harga sapi tidak cukup hanya dengan sekadar "mempunyai" peternakan sapi dan memberdayakan peternak sapi, tetapi pemerintah sendiri harus membangun (atau minimal mengajak pengusaha membangun) peternakan sapi berskala yang jauh lebih besar dan lahan yang masif! Dimana? Tidak mungkin di Jakarta, pasti di daerah lain. Ketika ada di daerah lain, maka faktor transportasi ke Jakarta harus masuk hitungan. Dan lokasi luar Jakarta tentu sudah bukan ranah pemprov DKI kalau kita bicara konteks DKI, tapi bisa jadi pemerintah pusat atau pemerintah daerah dimana peternakan sapi besar tersebut dibangun.

sapi madura (Pewarta-indonesia.com)
sapi madura (Pewarta-indonesia.com)
Masih ada langkah-langkah lain yang juga harus dilakukan selain membangun peternakan sapi, yaitu kampanye tentang pentingnya makan ikan, telur, sayuran dan buah-buahan! Makan daging sapi umumnya identik dengan status sosial yang tinggi, dan termasuk orang mampu. Itu sebab pentingnya kita merayakan yang namanya Idul Adha. Kalau orang miskin makan daging sapi, kemudian komplain daging sapi kok mahal, apakah ini dibenarkan?

Saya bukan pendukung Ahok, karena bagaimanapun juga saya tidak punya hak nyoblos pilkada DKI. Tetapi Ahok logis! Lebih baik berkonsentrasi untuk transportasi murah, mengatasi banjir, perumahan layak, dan bantuan-bantuan membuka usaha, daripada ngurusin harga bahan pangan. Harga bahan pangan di Indonesia sudah menjadi masalah sulit yang tak teratasi sejak HAMPIR 18 TAHUN (pasca reformasi)! Jadi menurut saya lebih logis untuk membantu warga membeli bahan pangan yang makin mahal daripada mencoba menurunkan harganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun