Mohon tunggu...
Suhermanto Yasduri
Suhermanto Yasduri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pembelajar seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

How Can You Mend a Broken Heart?

7 Desember 2015   23:06 Diperbarui: 8 Desember 2015   01:22 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat malam Indonesia.

Mohon maaf saya "terpaksa" menggunakan judul lagu milik Bee Gees yang populer tahun 1971 untuk judul tulisan remeh temeh ini. Tidak lain karena perasaan hati ini sedang hancur lebur. Saya sedang patah hati. Segeralah muncul seribu satu perasaan yang berkecamuk di dalam dada ini. Marah. Sedih. Hampa. Sendiri. Terasing. Merasa dikhianati. Dan seterusnya. Entah dengan alasan apa tiba tiba saya teringat dengan lagu tersebut lalu tergerak untuk segera memutarnya. Apakah setelah mendengarnya lalu saya merasa lebih baik? Tentu saja tidak! Demi mendengar melodinya yang mendayu dayu saja sudah membuat hati semakin pilu, apalagi liriknya! Beberapa cuplikannya : "But I was never told about the sorrow". "How can you mend a broken heart?". "How can a loser ever win?". Lalu ada kalimat menghiba: "Please help me mend my broken heart and let me live again".

Tapi sekali lagi mohon maaf saya bukan sedang patah hati dengan pacar karena saya sudah menikah. Hatiku hancur lebur bukan dikarenakan oleh ulah istri tercinta. Semua perasaan yang berkecamuk di dalam dada ini karena ulah MKD! Atau lebih tepatnya DPR RI! Sayang seribu sayang saya tidak mepunyai kemampuan untuk mengulas lebih dalam tentang kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia karena minimnya pengetahuan yang saya miliki. Tapi saya merasa hari ini Senin, 7 Desember 2015 telah dikhianati, dikelabui, diabaikan, dilecehkan, ditipu dan masih banyak lagi daftar perilaku anggota DPR RI yang (lagi lagi) menyakiti hati ini. Begitu dalam rasa sakit di hati ini, sampai sampai sulit untuk diperbaiki. Untuk selamanya!

Akan saya catat di benak, di buku harian, bahkan di Kompasiana supaya tidak lekang oleh waktu, bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2014 - 2019 tidak lebih mulia daripada gerombolan begal motor. Setiap individu yang menghuni Gedung DPR RI dan merasa menjadi anggota dewan yang terhormat telah memperlihatkan kehinaan yang paling hakiki seorang manusia. Mereka membuktikan bahwa partai politik di Indonesia benar benar telah gagal menjalankan fungsinya. Pun perbuatan mereka mempertegas bahwa partai politik di Indonesia adalah penyebab utama kebangkrutan moral bangsa. Gedung DPR RI di Senayan menurut saya merupakan tempat paling maksiat di Indonesia.

Saya jamin patah hati kali ini sulit untuk diobati. Rasa kecewa di hati pasti akan bersemayam cukup lama. Maka saya bersumpah tidak akan melupakannya. Yang paling menohok relung nurani yang paling dalam adalah fakta bahwa sidang ketiga MKD dilakukan secara tertutup! Absurd! Mungkin inilah kekecewaan terbesar dalam hidup saya. Saya pernah dipecat dari pekerjaan, pernah ditipu rekan kerja, dan pernah juga ditipu oleh rekan bisnis, namun saya bisa melalui cobaan hidup dengan segera bahkan bangkit lagi. Keluarga pun memberi dukungan moral agar saya segera "move on". Nah dalam kasus MKD ini bagaimana keluarga memberi dukungan moral? Pelakunya justru tidak bermoral.

Dalam hal perbaikan moral bangsa, sampai kapan pun partai politik di Indonesia tidak akan mampu berbicara banyak. Begitu banyak bukti kebobrokan partai politik di Indonesia. Sudah saatnya semua partai politik di Indonesia mundur dari urusan negara dan bangsa. Beri kesempatan kepada orang - orang non parpol untuk menjadi pemimpin bangsa. Pertanyaan; "How can you mend a broken heart?" mungkin bisa mewakili pertanyaan saya untuk semua partai politik di Indonesia. Kami sangat membutuhkan jawabannya. Dan tidak banyak waktu yang tersisa bagi semua partai politik di Indonesia untuk berbenah. Jika pun itu mereka lakukan, saya pribadi sudah tidak mempercayai setiap langkah "perbaikan" yang mereka lakukan. So, let me live again! 

Pada saat tayangan langsung di televisi hari ini banyak tokoh yang menyampaikan bahwa rakyat akan menghukum mereka (parpol) yang berkhianat. Apakah rakyat akan menghukum parpol pada saat Pilkada serentak? Mungkin. Tetapi harap diingat, kesabaran rakyat ada batasnya. Kita tentu masih ingat betapa kuatnya Suharto sampai mampu berkuasa selama 32 tahun. Saya yakin masih banyak orang yang memilik hati nurani di Indonesia. Jika kita sepakat bahwa partai politik - partai politik di Indonesia merupakan sumber segala bencana maka kematian partai politik - partai politik di Indonesia hanya tinggal menunggu waktu. Satu suara dari saya mungkin tidak ada artinya, tetapi saya berdoa mudah mudahan banyak yang membaca artikel remeh temeh ini, dan mengangguk setuju. Pemilu Legislatif masih 3 tahun lagi, tapi kami tidak akan melupakan semua "kenangan" yang ditinggalkan oleh semua parpol yang sekarang menjadi penghuni tempat bordil bernama Gedung DPR RI di Senayan. So, Indonesia Yes! Parpol No!

Indonesia tanpa Parpol!

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun