Mohon tunggu...
dewa cengkar
dewa cengkar Mohon Tunggu... Lainnya - pengangguran

hanya pengangguran biasa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasianer Bikin Buku Keroyokan, Yuk!

6 September 2010   15:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

blogger-pesta.blogspot.com

Saya memunyai minat besar terhadap sastra. Kadang pula terjebak pada sastra pop. Tapi itu tidak penting, sebab tergantung apresiasi masing-masing penulisnya.

Tapi bukan itu inti permasalahannya. Justru saya merasa tertarik dengan cerita pendek (Cerpen) atau puisi yang dibuat rekan-rekan. Terlepas kedua genre sastra ini ditulis asal-asalan atau tidak jangan terlalu dipikirkan secara mendalam.

Ketertarikan ini, membuat saya berpikir dan apa yang harus diperbuat dengan tulisan yang berserakan itu? Apakah tetap diam termangu dan hanya dicabambangi dengan ketawa-ketiwi atau membuat sebuah resensi atas karya itu?

Ah .... rasanya itu tidak penting juga, sebab resensi sastra harus oleh pakarnya, semisal Gunawan Muhamad, Taufik Ismail, Sitok Srengenge misalnya dan seterusnya.

Diantara minder dan tidak memiliki kejelasan orientasi, tiba-tiba timbul gagasan di kepala. Andaikan saja para "Kompasianer" yang memiliki interest terhadap karya sastra bergabung dan membuat "buku keroyokan" semisal "cerpen keroyokan kompasianer" atau "antologi puisi kompasianer".

Tentunya, sebuah buku adalah nilai kebanggaan bagi seorang penulis. Kebanggaan itu tidak dapat dinilai dengan ukuran material. Sebab ada di dalam hati berupa kepuasan tiada terkira. (Apakah anda tertarik?).

Teknis buku keroyokan sangat mudah, asal ada komitmen kolektif yang perlu dijaga diperjuangkan sampai tuntas. Maksudnya, ketika ada kesamaan visi dan misi antara kompasianer yang interest terhadap sastra dapat memahami dan menjalankan "kerangka kerjanya" atau "framework-nya".

Jika sudah ada kesamaan pemikiran, tentu rintangan sebesar apa pun dapat dihadapi dan ditaklukan dengan mudah. Kendati rapat atau pertemuan tidak dilaksanakan di darat, tapi dengan itikad baik dan nawaetu yang baik pula, Insya Allah akan terwujud.

Pembuatan buku diserahkan ke penerbit namun model yang digunakan "indi" tujuannya dari kita, oleh kita dan untuk kita. Semisal, biaya percetakan ditanggung secara bersama-sama oleh penulis yang cerpen atau puisinya terdaftar. Begitu pun penjualannya.

Gagasan teknis-nya dapat dijelaskan kemudian, justru yang diharapkan adalah komunikasi intens dan menggodok gagasan supaya matang baik melalui masukan maupun kritikan. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun