Minyak adalah salah satu bahan bakar yang paling dibutuhkan di dunia. Dari data yang didapatkan melalui survey dan pencatatan membuktikan bahwa kebutuhan akan bahan bakar minyak selalu naik dari tahun ke tahunnya. Misalkan saja data yang bersumber dari EIA (Energy Information Administration), office of energy markets and end use, International Statistic Database and International Energy Annual menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar minyak selalu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis bahan bakar lainnya. Dimana dari 100% seluruh kebutuhan energy, bahan bakar minyak mendominasi hingga hampir 50%. Memang pada tahun-tahun berikutnya, proyeksi penggunaan bahan bakar minyak menurun tetapi tetap saja bahan bakar minyak yang paling mendominasi.
Sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh manusia bahwa minyak adalah sumber energy tak tergantikan. Proses pembentukan minyak dari pengendapan bahan-bahan organic membutuhkan waktu yang sangat lama hingga berjuta-juta tahun sedangkan kebutuhan manusia tanpa batas membuat cadangan minyak dunia semakin menipis. Sebuah data dari US Departmen of Energy, Energy Information Administration, Januari 2000 menunjukkan pada kita semua bahwa timur tengah penyumbang terbesar cadangan minyak dunia sebesar 67% dan diikuti oleh Amerika sebesar 14% juga Afrika sebesar 7%. Dimana berturut-turut memiliki cadangan minyak sekitar 750.000, 250.000, dan 115.000 billion barrels. Untuk Indonesia sendiri hanya memiliki cadangan minyak sebesar 4.300 billion barrels untuk yang sudah terbukti dan 5000 billion barrel untuk yang masih prediksi.
Jika kita lihat di Negara kita Indonesia, pemakaian dan konsumsi BBM mencapai 1,084 million barrels setiap tahunnya. Jumlah ini malah melampaui target APBN dalam produksi minyak bumi sebesar 1,072 million barrels. Kenyataan ini yang membuat para ahli meramalkan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia tidak akan mampu bertahan lebih dari 10 tahun lagi. Semua itu sudah semestinya menjadi pertanda bagi kita semua untuk mempersiapkan langkah antisipasi dengan menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan mencari energy alternative untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada bahan bakar minyak. Yaitu dengan cara memaksimalkan penggunaan energy dari gas alam, batu bara, dan nuklir. Disamping kita juga harus memaksimalkan penggunaan energy ramah lingkungan dan terbarui seperti energi angin, solar cell, hydropower, dan panas bumi.
Selain beralih pada energy alternative pengganti bahan bakar minyak, Indonesia harus memiliki dan menguasai teknologi pertambangan minyak yang canggih agar untuk ke depannya dapat menguasai ladang minyak di tempat sendiri. Sehingga pertambangan minyak tidak lagi didominasi oleh perusahaan asing. Ditambah lagi sebagian besar cadangan minyak yang kita miliki berada pada perairan laut dalam dimana untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi dibutuhkan SDM, teknologi, dan investasi yang tinggi. Jika kita tidak mampu memenuhi semua itu maka sudah dapat dipastikan kita hanya akan menjadi penonton lagi untuk Negara lain mengeruk kekayaan tambang kita. Seperti saat ini potensi cadangan minyak terbesar di Indonesia seperti Sumatera Tengah, Jawa Barat, dan perairan Kalimantan Timur yang dikuasai oleh PT. Chevron Pasific Indonesia (CPI) dengan produksi minyak tertinggi mencapai 500 ribu barrel per hari atau setengah dari target produksi minyak Indonesia.
Ahh,, cuma gak tahu harus nulis apa, gak ada yang baru juga, tapi saya tarik lagi untuk pengingat kita semua. Inilah kenyataannya Negara kita. Tapi kita bersama pasti bisa (bukan jargon parpol lho yee...). Semoga ke depannya, para pejalan kaki tidak trauma dengan kasus ____, hmm,, itulah.... Bukannya mau ngelupain kasusnya, saya cuma sebel banget keinget wajah pelakunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H