Mohon tunggu...
Lalu Putra Satriawan
Lalu Putra Satriawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori psikososial Erik Erikson

19 Januari 2025   23:09 Diperbarui: 19 Januari 2025   23:09 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Teori psikososial Erik Erikson menjelaskan perkembangan manusia sepanjang hidupnya melalui delapan tahap perkembangan psikososial. Setiap tahap melibatkan konflik atau krisis yang harus diselesaikan untuk membangun kepribadian yang sehat. Jika berhasil diselesaikan, individu akan memperoleh kekuatan psikologis yang membantu mereka menghadapi tantangan berikutnya.

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Erikson

1. Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0–1 Tahun)
•Krisis: Apakah bayi dapat mempercayai lingkungan dan pengasuhnya?
•Tugas: Bayi belajar mempercayai orang lain ketika kebutuhan dasarnya (makanan, kenyamanan, dan kasih sayang) terpenuhi secara konsisten.
•Hasil Positif: Perasaan percaya pada dunia dan orang lain.
•Hasil Negatif: Ketidakpercayaan terhadap orang lain, merasa tidak aman.

2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1–3 Tahun)
•Krisis: Apakah anak dapat mengembangkan kemandirian tanpa merasa malu atau ragu?
•Tugas: Anak mulai mengeksplorasi dan mengembangkan otonomi, seperti belajar berjalan atau memilih mainan.
•Hasil Positif: Rasa percaya diri dan kemampuan mengendalikan diri.
•Hasil Negatif: Rasa malu, ragu-ragu, atau ketergantungan pada orang lain.

3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3–6 Tahun)
•Krisis: Apakah anak dapat memulai aktivitas sendiri tanpa merasa bersalah?
•Tugas: Anak mulai menunjukkan inisiatif, seperti bermain pura-pura atau membuat keputusan.
•Hasil Positif: Rasa percaya diri untuk bertindak dan memimpin.
•Hasil Negatif: Rasa bersalah atau takut akan kegagalan.

4. Tahap Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6–12 Tahun)
•Krisis: Apakah anak dapat merasa kompeten dalam keterampilan tertentu?
•Tugas: Anak belajar keterampilan baru, bekerja keras, dan mencapai prestasi di sekolah atau lingkungan sosial.
•Hasil Positif: Rasa bangga atas pencapaian dan kompetensi.
•Hasil Negatif: Rasa rendah diri atau tidak mampu.

5. Tahap Identitas vs Kekacauan Identitas (12–18 Tahun)
•Krisis: Siapa saya, dan apa peran saya di dunia ini?
•Tugas: Remaja mencari identitas diri melalui eksplorasi nilai, minat, dan tujuan hidup.
•Hasil Positif: Rasa identitas yang kuat dan konsisten.
•Hasil Negatif: Kebingungan identitas, merasa tidak tahu siapa diri mereka.

6. Tahap Intimasi vs Isolasi (18–40 Tahun)
•Krisis: Apakah saya mampu menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain?
•Tugas: Dewasa muda mencari hubungan yang intim dan bermakna, seperti persahabatan atau pernikahan.
•Hasil Positif: Hubungan yang erat dan penuh kasih.
•Hasil Negatif: Kesepian dan isolasi emosional.

7. Tahap Generativitas vs Stagnasi (40–65 Tahun)
•Krisis: Apakah saya dapat memberi kontribusi kepada masyarakat atau generasi berikutnya?
•Tugas: Dewasa tengah fokus pada produktivitas, seperti membesarkan anak atau memberi dampak positif pada komunitas.
•Hasil Positif: Perasaan bermakna dan berkontribusi.
•Hasil Negatif: Rasa stagnasi atau tidak berguna.

8. Tahap Integritas vs Keputusasaan (65 Tahun ke Atas)
•Krisis: Apakah saya puas dengan hidup yang telah saya jalani?
•Tugas: Lansia merefleksikan kehidupan mereka, menerima pencapaian dan kegagalan.
•Hasil Positif: Rasa damai dan kebijaksanaan.
•Hasil Negatif: Penyesalan dan keputusasaan.

Prinsip Utama Teori Erikson
1.Krisis Psikososial: Setiap tahap memiliki konflik utama yang harus diselesaikan.
2.Lifelong Development: Perkembangan tidak berhenti pada masa kanak-kanak tetapi berlangsung seumur hidup.
3.Pengaruh Sosial: Lingkungan sosial dan budaya sangat berperan dalam membentuk kepribadian individu.

Kesimpulan

Teori Erikson menekankan pentingnya hubungan sosial dan penyelesaian konflik psikososial di setiap tahap perkembangan. Jika konflik di setiap tahap diselesaikan dengan baik, individu akan memiliki kepribadian yang lebih matang dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun